-
Fluidscape City: Urban Development for Contemporary Reservoir City Project : exhibition venue Aedes East, Berlin
Fluidscape City envisages the future of Pluit, an area on the North coast of Jakarta. The area includes 80 hectares of reservoir, built by the Dutch in the 18th Century in anticipation of floods. Initially this served its purpose well but as time passed it became a dumping ground for rubbish and houses were built illegally on the site. These houses soon spread to cover over 20 hectares of land, a figure which is constantly increasing, bringing with it problems of sewage and waste disposal, which has made the water highly polluted and unclean. Flooding has again become a major problem in the area, occurring every 5 years with the latest in 2013 the worst yet due to a damaged reservoir pump.
The Fluidscape city attempts to respond to these catastrophic floods by creating a new ‘smart city’ and in turn establishing a new business district and residential area. Combining a series of Archimedes screws with solar and wind powered fans, the new system can not only regulate the water level in the reservoir but can also treat it to serve and irrigate the neighbouring regions. The city consists of office towers, modern apartment buildings and a vertical urban farm, which will supply organic food to the surrounding areas.
The slums will be replaced by new futuristic vertical Kampungs, or social housing for the informal workers in the area. Not only will the reservoir be fully functional again it will also become a tourist destination, served by a new hotel which can be seen hovering over the water.
Since the 18th century Jakarta has utilised water as a method for transportation, with good river and ocean links acting as a gateway for trading with the Portuguese and the Dutch. These, however, have now become obsolete, as have plans to reconfigure the city to make it more structured, with rapid development and urban growth taking place with no comprehension of sustainability. The sheer density of people, buildings and cars in the city has meant that people have forgotten about the river as a premise for transport, development and growth. The Fluidscape Concept will help to smarten and reconfigure the city whilst at the same time helping people to understand the power of nature and the water, and change the spirit in which they live in Jakarta.
The waterfront area will not only become a tool for educating people about the importance of the water as a resource for everyday human life, but it will become a highly desirable destination, with a series of promenades and public spaces allowing people to enjoy the area once again. This education will be passed down
from generation to generation ensuring waste is no longer dumped into the rivers and reservoir. Housing the Kampungs in an urban village will control their irregular and dense nature, preventing urban sprawl whilst utilising the water as its main energy source alongside the absorption of heat through the buildings skin and wind through its turbines. The collection of sunlight through the building’s photovoltaics and management of rainwater during Jakarta’s rainy season also ensure a constant supply of energy all year round.
The vertical urban farm will serve the needs of the community producing vegetables and breeding poultry, harnessing the latter as a biogas source to produce more energy for the city. The green areas around here provide additional oxygen for the surrounding building, allowing people to partake in sport, exercise and leisure activities, whilst gaining knowledge about nature.
It is important that we utilise advances in technology as much as possible to create better cities, and it is anticipated that the latest discoveries in the fields of parametric architecture, kinetic energy and photovoltaic sciences being developed all over the world can be directly applied to this scheme. The new form and typology of the Fluidscape concept, developed specifically to harness the power of water within the urban context of Jakarta will add new value to the character of the city.
PROJECT CREDITS
Office Budi Pradono Architects, Jakarta, Indonesia in collaboration with Bina
Nusantara University & Tarumanegara University Location Pluit, Penjaringan North Jakarta, Indonesia Design period December 2012 -‐ April 2013 Construction/Realisation period unbuilt
Concept by Budi Pradono
Team Budi Pradono Architects Team: Stephanie Monieca, Hasan Nuri, Anggita Yudhisty Nasution, Reini Mailisa, Intan Kusuma Dewi, David Kurnia, Awly Muhammad Isra, Riangga Yudastira. Lucia Wili Yuhartanti
Tarumanegara Team: Priscila Epifania
Student: Guntur Haryadi Halim, Raisa Hakim, Indra, Martin Alvin Setia
Ekacahya, Gratio Ray Sutanto.
Bina Nusantara University Team: Firza Utama Student: Davin, Rheza Maulana, Bakrie.
Photography: Jonathan Raditya, Reynaldo Tjandra, B.Jesica Valeria, Martin Alvin Setia Ekacahya
Film Maker: GENESIS -‐ Bagus S. Pradono (Producer), Putri Utami (creative), Andria A. Putra (graphic designer) Warsito (crew), Anton jr (editor + Animator) Kevin MacLeod (music creator), Suwarto Kartasoewarto (video footage)
Visionary Future LAB is a weblog devoted to the future of design, tracking the innovations in technology, practices and materials that are pushing architecture, interior, product design and urbanism towards a smarter and more sustainable future. Visionary Future LAB was started by Jakarta based research architect Budi Pradono as a forum in which to investigate emerging design in product, interior and architecture & urbanism
Monday, June 10, 2013
Fluidscape City: Urban Development for Contemporary Reservoir City Project : exhibition at Aedes East, Berlin 7 June-27July
Friday, May 17, 2013
final preparation for BPA exhibition in London
1:100 model "Inverted Pyramid" by BPA
Bangunan Pyramid umumnya merupakan geometri kotak maupun octagon yang mengerucut ke atas…dan sudah ditemukan sejak berabad-abad yang lalu, bahkan menurut sejarawan Yunani bangunan Piramid sudah ada di Mesir sejak 450 tahun sebelum Masehi…tapi proposal piramid terbalik untuk sebuah rumah susun baru akan terlahir di Jakarta jika benar-benar akan diwujudkan…Inverted Pyramid karya terbaru BPA telah dipilih sebagai salah satu wakil Indonesia dalam pameran di London Inggris.yang akan dilangsungkan mulai tanggal 1 Juni ini hungga 30 Juni di The Bartlett School of Architecture, london. Pameran bertajuk "The Atlas of Unbuilt world" ini akan dibuka secara resmi tanggal 6 Juni.
Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.
Dalam sejarah bangunan piramida (Pyramid) digunakan sudah sejak berabad-abad. Bangsa bangsa Mesir kuno ataupun bangsa Maya dikenal menggunakan bangunan piramida sebagai makam raja-raja masa dahulu serta sarana ibadah (pemujaan) selain ada dugaan sebagai tempat penimbunan (gudang) pangan sejak zaman ketika persiapan menghadapi musim paceklik ataupun tempat penyimpanan harta.
Beragam analisis tentang digunakannya konstruksi piramida. Ada yang menyebutnya sebagai bangunan warisan UFO dengan alasan terdapat bangunan mirip piramida ditemukan di planet Mars yang berada satu lintang derajat yang sama dengan lintang derajat di di planet Bumi, ada pula yang mengatakan peninggalan peradaban Atlantis dan sebagian lagi mengatakan bahwa konstruksi piramida digunakan dengan alasan bahwa pada peradaban lampau, manusia mengalami kesulitan untuk membuat konstruksi kubah. Oleh karena itu digunakanlah konstruksi piramida untuk mempermudah. Konstruksi kubah sendiri baru digunakan pada masa kejayaan Romawi dengan konstruksi pelengkung pada bangunan betonnya dan Romawi timur.
Wednesday, May 8, 2013
Jakarta, London, Berlin, Sydney…sebuah perjalanan inovatif dan inspiratif…tahun 2013
Tahun ini saya mengikuti beberapa
kompetisi, dua diantaranya di New York keduanya berbau seni dengan karya
instalasi….tapi keduanya gagal, karena tidak terpilih… tapi studio kami di
Bintaro tidak patah arang, mencoba berbagai cara, agar otak tetap panas demi
memberi semangat pada keinginan untuk menghasilkan sesuatu yang baru…inovasi
arsitektur yang melampaui batas batas arsitektur….beyond architecture…ketika
Jakarta dilanda banjir badang…saya terus berpikir tentang apa yang bisa kita
berikan, atau kita pikirkan untuk memperbaiki..menolong atau apa…akhirnya
ketika saya membaca tentang expedisi ciliwung yang dilakukan oleh tim
Kompas…saya merasa shock betapa buruknya system sanitasi kita betapa buruknya
system manajemen sungai…serta betapa banyaknya orang-orang yang mengandalkan
air sebagai tempat makan mandi dan cuci sekaligus…lalu saya mengikuti kompetisi
yang diselenggarakan IAI bekerjasama dengan dinas PU, yaitu tentang jakarta
2050…mulailah BPA berkutat dengan air…dan mendalami kota Jakarta lewat air..workshop
kecil di studio BPA….project ini kita beri judul Fluidscapecity…kita bayangkan
bahwa pada masa depan tahun 2050 terjadi penurunan kepadatan pada area
pedesaan…dan terjadi penumpukan pada pusat2 ekonomi di Jakarta…proposal ini
merupakan visioning dan strategi strategi dasar mengantisipasinya…sayang
proposal kita tidak lolos tahap pertama…pada bulan Desember akhir ternyata ada
sebuah kompetisi terbuka untuk mengajukan project / proposal rancangan di
negara Asia dengan tema Smart city di Berlin. saya merasa bahwa konsep
fluidscapecity yang kita ajukan masih setengah jalan dan masih relevan untuk
dimatangkan lagi…akhirnya kita di BPA membuat / mengajukan konsep pameran
instalasi dengan melakukan explorasi pada salah satu sungai / waduk. Karena
pameran akan dilaksanakan sekitar bulan July maka saya berusaha mengajak teman
teman dari Kampusuntuk turut serta, dengan modal konsep workshop di studio BPA
dan dilakukan selama 3 bulan tentulah akan menghasilkan sesuatu…Pada bulan
February saya mendapat email dari panitia di Berlin bahwa dari 90
pendaftar..proposal kami termasuk salah satu yang dipilih…kemudian sang curator
Ulla Geisler mulai bertelepon dengan saya dan meminta untuk mempercepat proses
workshop….karena semua dokumentasi diperlukan untuk katalog pameran…jadilah
kami jungkir balik mengurangi waktu tidur dan menggaet 2 pasukan mahasiswa dari
UNTAR dan BINUS untuk ikut serta…ditengah riset dan explorasi desain saya
mendapat undangan dari Kedutaan Belanda / Erasmus Huis..untuk menjadi salah
satu pembicara seminar tentang "Building on water"; saya
berkesempatan mempresentasikan 3 project penelitian tentang architecture /
urban design dan kaitannya dengan air yaitu Urban design di Dnipper river Kiev,
Venice city vision, Lotus city di Pearl River Delta, dan Fluidscapecity…tak
disengaja ternyata selama ini BPA sempat bersinggungan dan melakukan beberapa
exercise yang berkaitan dengan water+architecture…air selalu menjadi sumber
hidup pantas untuk dijaga dikembangkan, dipelajari dst demi menjaga
kelangsungannya…sementara itu komunikasi dengan panitia di Berlin belum berhenti, sebuah tawaran
datang dari Australia, dari program urban islands workshop yang diadakan tiap 3
tahunan…tahun ini saya ditunjuk menjadi salah satu workshop leader nya….Urban
islands berada di pulau kakatoa, pulau bersejarah yang mendapatkan warisan
budaya UNESCO…saya ingin memberi spirit baru pada pulau itu….memberi semanagat
baru, cara baru serta metode baru….peserta workshop yang sudah mendaftar
dari Mexico, Jepang, Australia dll…ketika urusan visa belum selesai…akhirnya
saya ditunjuk juga oleh ANCB, metropolitan Laboratory di Berlin untuk juga
menjadi workshop Leader….saya kaget campur senang..karena proses berbagi dan
menemukan sesuatu itu semakin bermakna ketika kita melakukannya bersama-sama di
dalam studio….semua ilmu akan meresap dan secara otomatis kita akan dapat
menyimpulkannya sendiri..menyimpulkan dan mengolahnya menjadi new architecture
adalah sebuah usaha yang inovatif karena memikirkan typologi yang baru…disaat
bersamaan saya juga harus berkomunikasi dengan teman2 di belanda yang sedang
galau memikirkan social housing…ada kemungkinan juga mereka menyelenggarakan
workshop di Belanda bersama alumni dari Berlage institute..ketika itu belum
mendapatkan kejelasan tiba tiba saya mendapat surat dair Britsih Council
Jakarta untuk memasukkan 3 karya untuk diseleksi pada pameran tahunan yang ada
di London..mereka hanya memberi waktu 3 hari….dan ternyata salah satu karya BPA
(inverted pyramid) diterima sebagai salahsatu wakil Indonesia dalam pameran
Atlas of Unbuiltworks" di Bartlett School of Architecture di London….tapi
kita harus bekerja extra lagi….project itu merupakan salah satu project
favorite…karena menyangkut isu nasional tentang kampung vertical masa depan…isu
yang paling hangat dibicarakan sejak kehadiran Jokowi di Jakarta….tapi maket harus segera dibuat… hmm tapi semua sibuk sudah 3 specialist model maker mengundurkan diri karena tenggat waktu yang sangat mepet… satu-satunya yang bersedia malah mengajukan harga yang tidak kepalang tanggung nominalnya sama dengan 4 x tiket bolak balik Jakarta Berlin….wah saya akan buat sendiri deh!!! belanja kayu diampelas dipotong-potong minta bantuan pak Min…lalu dicat putih…hmmm lama juga ya proses nya… eh tapi tadi sore saya dapat ide untuk membuatnya lebih simpel dengan besi yang kecil…lalu di las…hmmm panggil tukang las untuk di brief…hmm masalah belum selesai..masih perlu acrylic untuk lantainya..masih perlu miniatur orang-orangan dan juga tanaman… hmmm pikir lagi...(Budi
Pradono)
Friday, April 26, 2013
Mengunjungi High Line di New York, sebuah keberhasilan intervensi strategy urbanitas (2)
Akhirnya kesampaian juga…saya mengunjungi sebuah proyek yang sangat fenomenal di New York: High Line…sebuah usaha refurbishment mengolah jembatan jembatan kereta api yang tidak berfungsi kembali … menjadi new publik space…kita dapat merasakan garden di atas jalan … kita seperti merasakan kembali sebuah resort di tengah kota...
Subscribe to:
Posts (Atom)