Tuesday, September 24, 2024

Ruang Riung Rakyat by Budipradono Architects

Ruang Riung Rakyat



Merupakan kawasan bangunan legislatif yang didesain sebagai sebuah simbol demokrasi pemerintahan Nusantara. Menggunakan konsep dasar trias politica sebagai makna yang ingin ditonjolkan dari desainnya sendiri yang diimplementasikan pada penataan bangunan dan pengolahan massing bangunan. Konsep bangunan hijau juga dihadirkan dalam bangunan untuk mendukung gerakan SDGs, hal ini diimplementasikan dengan menghadirkan bangunan yang memiliki passive cooling system sehingga dapat meminimalkan penggunaan pendingin udara dalam bangunan itu sendiri.


Konsep Legislatif


Komplek Gedung legislative ini secara gubahan massa komposisinya diatur berdasarkan garis sumbu tripraja yang merupakan representasi nilai luhur manusia dan alam dan garis itu juga menghubungkan antara Kawasan legislative ini terhadap istana presiden maupun Kawasan bangunan yudikatif, yang terdiri dari (MA/MK/KY), Karena ini merupakan simbol sistem kenegaraan yang harus selalu tunduk kepada nilai-nilai luhur maupun nilai demokrasi yang kita anut. Sumbu ini diperkuat dengan cara membagi komposisi massa bangunan secara 3 dimensi yaitu kompleks perkantoran MPR di sisi sebelah utara dan bangunan kompleks perkantoran DPR dan DPD di sisi selatan kawasan Pembagian ini diperkuat dengan menempatkan bangunan kompleks paripurna di sisi barat dan tengah kawasan. Pemilahan ini diperkuat dengan elemen dinding lengkung di kedua sisi kompleks perkantoran tersebut sehingga area tengah yang merupakan garis tripraja merupakan area public yang terdiri dari lapangan olahraga sepakbola maupun reflecting pond/ kolam bulat merepresentasikan kejernihan berpikir bagi wakil rakyat.

Penempatan massa secara linier dipertegas dengan axis utama berupa jalur sirkulasi pejalan kaki yang membelah secara rata kawasan lahan Perpaduan antara pola linier terstruktur pada area pejalan kaki atau area publik dengan bentuk-bentuk reguler dipadukan dengan bentuk irregular landscape yang berkontur dan dengan bentuk massa yang compact. Gedung Paripurna menjadi tetenger pemersatu massa bangunan pada kawasan, menjadi pengikat dengan bentukan sebagai landmark.



Konsep Desain


Untuk konsep desain bangunan yang ingin ditonjolkan pada kawasan bangunan ini sendiri lebih menekankan elemen kenegaraan sebagai konsep dasar yang menopang perancangan bangunan itu sendiri. Dimana nilai - nilai dan simbol - simbol kebangsaan diambil dan ditekankan dalam desain melalui filosofi - filosofi simbolis elemen arsitektur yang mana dikenal dengan pendekatan semiotika arsitektur. Pendekatan semiotika sendiri merupakan sebuah pendekatan dalam arsitektur yang menghadirkan sebuah tanda sebagai penyelaras antar bangunan dengan site kawasan maupun fungsi dimana bangunan itu berdiri. Dalam hal ini semiotika dihadirkan dalam desain gubahan massa bangunan dengan menggunakan garis tripraja (atau bisa dikenal dengan trias politika, yang melambangkan tingkatan antar elemen negara). 


#Setiap elemen juga diciptakan untuk menghadirkan nilai - nilai keluhuran dan kebangsaan yaitu nilai - nilai demokrasi yang tentunya dianut oleh Bangsa Indonesia sendiri. Elemen ini juga berusaha dihadirkan dari elemen - elemen yang dipertegas melalui simbol sumbu axis bangunan berupa area sirkulasi pejalan kaki, simbol lainnya juga dihadirkan melalui reflecting pool yang dihadirkan sebagai simbol kejernihan berfikir bagi wakil rakyat. Bangunan sendiri juga menerapkan konsep arsitektur hijau dimana bangunan menggunakan struktur pilotis sebagai passive cooling bagi bangunan untuk menciptakan area yang dapat dilalui udara.


Respon Desain


Respon desain didasarkan pada keadaan site lahan yang memang berkontur dan merespon akan kebutuhan bangunan berkelanjutan. Respon desain ini meliputi pengolahan site existing lahan seperti penggunaan massa compact dengan struktur pilotis untuk proses cut and fill serta pengolahan elemen bangunan berkelanjutan untuk mengurangi suhu panas pada bangunan.


Strategi Olah Block Plan

Landscape pada eksisting merupakan lahan berkontur yang juga menjadi potensi dari site itu sendiri. Meminimalkan intervensi pada lahan dengan pola sirkulasi yang mengikuti kontur. Menghadirkan dinding demokrasi sebagai datum pengikat kawasan juga batas masif antar fungsi zona MPR, DPR, DPD, juga fungsi publik. Menghadirkan pola formal memotong site ditengah sebagai antitesis kawasan yang menyiratkan garis imajiner sumbu kawasan yang kemudian difungsikan sebagai zona publik dan menjadi plaza demokrasi. Imajiner lugas menyusun massa bangunan se-compact mungkin sehingga meminimalisir lahan yang tercover bangunan. Selain itu, diterapkan strategi pilotis dan juga memperluas bidang resapan air sehingga mempertahankan lahan tetap pada kondisi semula.


Konsep Massing Bangunan




Konsep massing bangunan yang dihadirkan pada kawasan bangunan sendiri tetap didasarkan pada konsep dasarnya yang memang menggunakan sumbu tripraja. Setiap massa bangunan disusun dari volumetrik perhitungan luasan fungsi bangunan juga memperhatikan pembagian proporsi massa bangunan beserta kondisi kontur yang hadir di area site itu sendiri. Massa bangunan dibagi menjadi tiga kompleks kawasan dimana MPR berada pada sisi utara, DPR dan DPD berada pada sisi sebelah selatan. Untuk mempertegas pembagian sumbu tersebut, bagian tengah massa bangunan diolah menjadi area publik berupa area sirkulasi pejalan kaki dan reflecting pool. 




Area ini dibentuk dengan bentuk - bentuk massa reguler yang dipadukan dengan bentuk irregular landscape berkontur, sehingga massa yang diolah juga menjadi compact untuk menghasilkan bangunan yang lebih efisien, hal ini terbukti dari terciptanya ruang - ruang antar massa yang dapat dimanfaatkan sebagai area inner courtyard. Ke-compat-an bangunan juga dapat mendukung terciptanya area resapan air yang lebih luas. Untuk penataan landscape kawasan sendiri diolah untuk mempertahankan kondisi dari eksisting lahannya sehingga meminimalkan intervensi site itu sendiri. Akses bangunan dibuat terpisah untuk memberikan kemudahan akses dan sirkulasi bagi masing - masing bangunan itu sendiri. Akses pejalan kaki juga diolah menjadi sebuah datum yang secara tegas membagi lahan dari tengah - tengah area bangunan sebagai sebuah datum yang melambangkan area demokrasi.


Fasad Bangunan         


        

Fasad bangunan diolah dan dirancang menggunakan konsep dasar dari arsitektur hijau, dimana menggabungkan beberapa elemen seperti sun shading, double roof, dan double skin facade untuk fasad yang diolah dan digunakan pada bangunannya sendiri menggunakan pola motif - motif nusantara sebagai simbol yang menggambarkan elemen kebangsaan milik Nusantara. Desain fasadnya juga diolah untuk dapat merespon desain bangunan yang tergolong dalam jenis bangunan sustainable dimana sun shading dan double roof digunakan untuk membantu mengurangi heat gain yang ada dalam bangunan itu sendiri sehingga suhu dalam bangunannya dapat dikendalikan.


                     

Project Credit

Gedung Legislatif MPR IKN, Ruang Riung Rakyat

Lokasi                                  : Penajam Paser Utara

Design Phase                     : 2021

Type                                    : Sayembara, Gedung pemerintahan

Architect                              : Budiyanto Pradono

Firm                                     : Budi Pradono Architect

Project Architect in Chief    : Budiyanto Pradono

Assistant Architect              : Sigit Ashar Setyoaji

Studio Support                    : Ignasia Veren, Raihan Hilmi




.

Monday, September 23, 2024

Niew batavia By budipradono architects




Taman Kota Intan berada di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Administrasi Jakarta Barat. Taman Kota Intan merupakan bagian penting dari Kawasan Cagar Budaya Kota Tua Jakarta.Kawasan Kota Intan menjadi penting, karena posisinya berada pada gerbang kota Batavia pada masa lalu, tepatnya di Sub Kawasan Kali Besar Utara. Kawasan Kota Intan pernah menjadi kawasan elit dengan posisi berada tepat di bantaran sungai ciliwung yang menjadi jalur transportasi air utama pada masa itu untuk mengangkut dan mendistribusikan logistik baik lokal maupun internasional.

Taman Kota rIntan sekarang dialihfungsikan menjadi Taman Parkir Kota Tua dan menjadi pintu masuk kawasan wisata Kota Tua Jakarta. Kawasan ini juga difungsikan sebagai rumah bagi pelaku UMKM kota tua, baik kios souvenir, maupun kios jajanan khas Jakarta. Taman Kota Intan pada masa Batavia merupakan Area pusat pertumbuhan ekonomi. Posisi yang berada pada awal gerbang masuk tembok kota Batavia membuat área Taman Kota Intan menjadi titik pertumbuhan ekonomi kota Batavia kala itu. Di area ini terdapat beberapa kantor perusahaan dagang besar Hindia Belanda yang menjadi barometer perekonomian VOC pada masa tersebut.




Konsep Infill Development

Infill development dalam arsitektur merupakan gagasan pembangunan yang menggunakan lahan kosong atau yang kurang dimanfaatkan di wilayah yang sudah berkembang, terutama di daerah perkotaan. Konsep ini muncul sebagai jawaban terhadap masalah seperti perluasan kota yang berlebihan, keterbatasan lahan, serta meningkatnya kebutuhan akan hunian atau fasilitas baru di pusat kota.



Konsep perencanaan untuk kawasan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang "walkable", dengan rancangan arsitektur yang kompak serta beragam fungsi (mixed-use), sehingga dapat membentuk area dengan karakteristik unik (sense of place). Selain itu, diharapkan Taman Kota Intan dapat berperan sebagai pemicu revitalisasi Kota Tua. Dalam konteks historis, desain infill ini juga harus mampu menjembatani masa lalu sekaligus menggambarkan visi masa depan.




                                     

Respon Desain terhadap Sustainable Development Goal (SDGs)

Dengan memperhatikan SDGs, proyek infill building di Taman Kota Intan, Kota Tua diharapkan dapat menjadi model bagi pembangunan yang berkelanjutan, memperkuat ikatan sosial dan melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang. Pada bangunan ini, menjawab SDGs yang berkaitan dengan yang pertama Good health and well-being, Quality education, Gender Equality, Industry, Innovation and Infrastructure, Sustainable Cities and Communities, dan Climate action. Dengan penerapan bentuk bangunan serta landscape yang sekaligus dapat difungsikan sebagai daerah resapan air dan memberikan banyak ruang hijau pada bangunan ini, tidak hanya itu, bangunan ini pula dapat dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan bagi masyarakat setempat dan mudah diakses oleh berbagai user.

Konsep Desain


Konsep utama dalam bangunan yang ingin ditonjolkan dalam desainnya sendiri adalah untuk tetap mempertahankan sisi dan nilai historis yang dimiliki oleh bangunannya namun tetap memiliki sisi dan kesan modern. Hal ini dihadirkan dengan mempertahankan gaya bentuk dinding dan courtyard bangunan seperti pada masa pemerintahan VOC untuk sebisa mungkin dapat mempertahankan nilai historis bangunan yang tergolong dalam bangunan konservasi kategori a. Strategi lain yang digunakan untuk mendukung penciptaan konsep ini sendiri adalah dengan memberikan penghormatan pada jembatan Kota Intan yang sama - sama memiliki nilai sejarah melalui penciptaan perbedaan ketinggian courtyard bangunan. Sementara untuk menghadirkan sisi tipologi hunian baru yang modern, bangunan dihadirkan dalam bentuk yang organik dengan penggabungan fungsi paud dan mushola.

Taman Kota Intan Sebagai Courtyard Kota

Courtyard merupakan sebuah ruang  terbuka yang dikelilingi oleh dinding maupun bangunan, dengan adanya Taman Kota Intan ini courtyard yang sebelumnya difungsikan sebagai parkiran yang dikelilingi bangunan bersejarah, dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar dengan merevitalisasi site dan menghidupkan kembali kawasan ini sebagai hunian dan mixed-use building .



Hunian didalamnya mempunyai tipe tipologi baru yaitu apartemen dan rumah susun dengan berbentuk bulat dan courtyard bangunan ini menggunakan pilotis agar ruang public di bagian Tengah lebih hidup dan kuat.




Konsep Massing Bangunan 

Setiap Massing bangunan memiliki bentuk yang melingkar, hal ini memberikan sebuah statement berbeda yang melawan tipikal bentuk massa hunian yang ada di Kota Tua yang akan menciptakan suatu typical hunian baru. Masing-masing bentuk bangunan disusun dengan ketinggian yang berbeda-beda yaitu, 4,6, dan 9 lantai. Tujuannya untuk memberikan efektivitas view ke arah luar dan memberikan dimensi pada skyline Kota Tua. Pada bagian tengah massa diberikan void untuk memberikan perasaan private dan intimate

Void diberikan pada bagian tengah massa untuk memberikan perasaan private dan intimate,

sementara bagian bawah dinaikan satu lantai sebagai sarana publik dan ruang bersama. Setiap massa disatukan dengan jembatan yang menyambung ke area public indoor.



Fasad Bangunan

Desain fasad bangunan mengambil konsep harmonis dengan bentuk fasad bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya. Bentuk pada balkon hunian diambil dari bentuk fasad ruko-ruko yang berada di sepanjang Jalan Cengkeh. Komposisi garis-garis dan kotak yang terdapat pada fasad bangunan komersial diambil dari pola  jendela bangunan UPK yang tepat terletak di samping tapak.






 


Project Credit

Niew Batavia, Taman Kota Intan

Lokasi                                  : Taman Kota Intan, Jakarta

Design Phase                     : 2024

Type                                    : Sayembara, Commercial

Architect                              : Budiyanto Pradono

Firm                                     : Budi Pradono Architect

Project Architect in Chief    : Budiyanto Pradono

Assistant Architect                  : Sri Rendra Sigalingging, Hafidzah Maheswari Padmarani

Studio Support                    : Margaretha Eka Kedang, Athalla Titan Naufal, Muhammad Rafly Rianto

Model Maker                           : Alfiani Roudhotul Zannah, Alfredo Stefano, Muhammad Rafly Rianto