Ruang Riung Rakyat
Merupakan kawasan bangunan legislatif yang didesain sebagai sebuah simbol demokrasi pemerintahan Nusantara. Menggunakan konsep dasar trias politica sebagai makna yang ingin ditonjolkan dari desainnya sendiri yang diimplementasikan pada penataan bangunan dan pengolahan massing bangunan. Konsep bangunan hijau juga dihadirkan dalam bangunan untuk mendukung gerakan SDGs, hal ini diimplementasikan dengan menghadirkan bangunan yang memiliki passive cooling system sehingga dapat meminimalkan penggunaan pendingin udara dalam bangunan itu sendiri.
Konsep Legislatif
Komplek Gedung legislative ini secara gubahan massa komposisinya diatur berdasarkan garis sumbu tripraja yang merupakan representasi nilai luhur manusia dan alam dan garis itu juga menghubungkan antara Kawasan legislative ini terhadap istana presiden maupun Kawasan bangunan yudikatif, yang terdiri dari (MA/MK/KY), Karena ini merupakan simbol sistem kenegaraan yang harus selalu tunduk kepada nilai-nilai luhur maupun nilai demokrasi yang kita anut. Sumbu ini diperkuat dengan cara membagi komposisi massa bangunan secara 3 dimensi yaitu kompleks perkantoran MPR di sisi sebelah utara dan bangunan kompleks perkantoran DPR dan DPD di sisi selatan kawasan Pembagian ini diperkuat dengan menempatkan bangunan kompleks paripurna di sisi barat dan tengah kawasan. Pemilahan ini diperkuat dengan elemen dinding lengkung di kedua sisi kompleks perkantoran tersebut sehingga area tengah yang merupakan garis tripraja merupakan area public yang terdiri dari lapangan olahraga sepakbola maupun reflecting pond/ kolam bulat merepresentasikan kejernihan berpikir bagi wakil rakyat.
Penempatan massa secara linier dipertegas dengan axis utama berupa jalur sirkulasi pejalan kaki yang membelah secara rata kawasan lahan Perpaduan antara pola linier terstruktur pada area pejalan kaki atau area publik dengan bentuk-bentuk reguler dipadukan dengan bentuk irregular landscape yang berkontur dan dengan bentuk massa yang compact. Gedung Paripurna menjadi tetenger pemersatu massa bangunan pada kawasan, menjadi pengikat dengan bentukan sebagai landmark.
Konsep Desain
Untuk konsep desain bangunan yang ingin ditonjolkan pada kawasan bangunan ini sendiri lebih menekankan elemen kenegaraan sebagai konsep dasar yang menopang perancangan bangunan itu sendiri. Dimana nilai - nilai dan simbol - simbol kebangsaan diambil dan ditekankan dalam desain melalui filosofi - filosofi simbolis elemen arsitektur yang mana dikenal dengan pendekatan semiotika arsitektur. Pendekatan semiotika sendiri merupakan sebuah pendekatan dalam arsitektur yang menghadirkan sebuah tanda sebagai penyelaras antar bangunan dengan site kawasan maupun fungsi dimana bangunan itu berdiri. Dalam hal ini semiotika dihadirkan dalam desain gubahan massa bangunan dengan menggunakan garis tripraja (atau bisa dikenal dengan trias politika, yang melambangkan tingkatan antar elemen negara).
Setiap elemen juga diciptakan untuk menghadirkan nilai - nilai keluhuran dan kebangsaan yaitu nilai - nilai demokrasi yang tentunya dianut oleh Bangsa Indonesia sendiri. Elemen ini juga berusaha dihadirkan dari elemen - elemen yang dipertegas melalui simbol sumbu axis bangunan berupa area sirkulasi pejalan kaki, simbol lainnya juga dihadirkan melalui reflecting pool yang dihadirkan sebagai simbol kejernihan berfikir bagi wakil rakyat. Bangunan sendiri juga menerapkan konsep arsitektur hijau dimana bangunan menggunakan struktur pilotis sebagai passive cooling bagi bangunan untuk menciptakan area yang dapat dilalui udara.
Respon Desain
Respon desain didasarkan pada keadaan site lahan yang memang berkontur dan merespon akan kebutuhan bangunan berkelanjutan. Respon desain ini meliputi pengolahan site existing lahan seperti penggunaan massa compact dengan struktur pilotis untuk proses cut and fill serta pengolahan elemen bangunan berkelanjutan untuk mengurangi suhu panas pada bangunan.
Strategi Olah Block Plan
Landscape pada eksisting merupakan lahan berkontur yang juga menjadi potensi dari site itu sendiri. Meminimalkan intervensi pada lahan dengan pola sirkulasi yang mengikuti kontur. Menghadirkan dinding demokrasi sebagai datum pengikat kawasan juga batas masif antar fungsi zona MPR, DPR, DPD, juga fungsi publik. Menghadirkan pola formal memotong site ditengah sebagai antitesis kawasan yang menyiratkan garis imajiner sumbu kawasan yang kemudian difungsikan sebagai zona publik dan menjadi plaza demokrasi. Imajiner lugas menyusun massa bangunan se-compact mungkin sehingga meminimalisir lahan yang tercover bangunan. Selain itu, diterapkan strategi pilotis dan juga memperluas bidang resapan air sehingga mempertahankan lahan tetap pada kondisi semula.
Konsep Massing Bangunan
Konsep massing bangunan yang dihadirkan pada kawasan bangunan sendiri tetap didasarkan pada konsep dasarnya yang memang menggunakan sumbu tripraja. Setiap massa bangunan disusun dari volumetrik perhitungan luasan fungsi bangunan juga memperhatikan pembagian proporsi massa bangunan beserta kondisi kontur yang hadir di area site itu sendiri. Massa bangunan dibagi menjadi tiga kompleks kawasan dimana MPR berada pada sisi utara, DPR dan DPD berada pada sisi sebelah selatan. Untuk mempertegas pembagian sumbu tersebut, bagian tengah massa bangunan diolah menjadi area publik berupa area sirkulasi pejalan kaki dan reflecting pool.
Area ini dibentuk dengan bentuk - bentuk massa reguler yang dipadukan dengan bentuk irregular landscape berkontur, sehingga massa yang diolah juga menjadi compact untuk menghasilkan bangunan yang lebih efisien, hal ini terbukti dari terciptanya ruang - ruang antar massa yang dapat dimanfaatkan sebagai area inner courtyard. Ke-compat-an bangunan juga dapat mendukung terciptanya area resapan air yang lebih luas. Untuk penataan landscape kawasan sendiri diolah untuk mempertahankan kondisi dari eksisting lahannya sehingga meminimalkan intervensi site itu sendiri. Akses bangunan dibuat terpisah untuk memberikan kemudahan akses dan sirkulasi bagi masing - masing bangunan itu sendiri. Akses pejalan kaki juga diolah menjadi sebuah datum yang secara tegas membagi lahan dari tengah - tengah area bangunan sebagai sebuah datum yang melambangkan area demokrasi.
Fasad Bangunan
Fasad bangunan diolah dan dirancang menggunakan konsep dasar dari arsitektur hijau, dimana menggabungkan beberapa elemen seperti sun shading, double roof, dan double skin facade untuk fasad yang diolah dan digunakan pada bangunannya sendiri menggunakan pola motif - motif nusantara sebagai simbol yang menggambarkan elemen kebangsaan milik Nusantara. Desain fasadnya juga diolah untuk dapat merespon desain bangunan yang tergolong dalam jenis bangunan sustainable dimana sun shading dan double roof digunakan untuk membantu mengurangi heat gain yang ada dalam bangunan itu sendiri sehingga suhu dalam bangunannya dapat dikendalikan.
Project Credit
Gedung Legislatif MPR IKN, Ruang Riung Rakyat
Lokasi : Penajam Paser Utara
Design Phase : 2021
Type : Sayembara, Gedung pemerintahan
Architect : Budi Pradono
Firm : Budi Pradono Architect
Project Architect in Chief : Budi Pradono
Assistant Architect : Sigit Ashar Setyoaji
Studio Support : Ignasia Veren, Raihan Hilmi