Monday, November 25, 2024

Fragmented Gate, Stasiun CSW by Budipradono Architects

Stasiun CSW


        Stasiun MRT Simpang CSW merupakan sebuah stasiun MRT yang didesain dengan tujuan integrasi moda pada kawasan Kebayoran Baru. Stasiun ini ditujukan sebagai penghubung antara moda BRT dan MRT sebagai salah satu transportasi publik. Desainnya sendiri dibuat sebagai sebuah bangunan yang menjadi simbol dan identitas landmark kawasan yang menghadirkan tipologi urban gate.

Konsep Bangunan Integrasi Transportasi Intermoda

        Bangunan menggunakan konsep dasar integrasi yang ditujukan sebagai bangunan penghubung transportasi di area Urban Kebayoran Baru. Moda transportasi yang dihubungkan sendiri adalah BRT dan MRT. Konsep integrasi sendiri merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk menciptakan keterhubungan bukan hanya pada elemen transportasi namun juga pada elemen antar fungsi bangunan yang hadir dalam kawasan site bangunan berada. Pengembangan konsep integrasi pada desain ini dihadirkan dengan menghubungkan elemen seperti sky bridge dan connecting platform. Dimana kedua elemen ini menciptakan keterhubungan antara jalur pejalan kaki dengan transportasi moda yang ada. Konsep lain yang berhubungan dengan pembentukan integrasi moda dalam bangunan ini adalah konsep rapid movement atau bisa juga disederhanakan menjadi sebuah konsep mobilitas dalam bangunan, dimana konsep ini memudahkan pergerakan user dalam menggunakan bangunan itu sendiri.

Konsep Desain 


         Bangunan sendiri menggunakan konsep desain yang berhubungan dengan penghadiran bangunan sebagai sebuah elemen hijau pada kawasan Kebayoran Baru. Bangunan dihadirkan untuk dapat memiliki sebuah kesatuan dengan alam, dimana hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sebuah bangunan transportasi yang memiliki integrasi yang baik namun juga dapat menghadirkan sebuah bangunan yang ramah lingkungan. Sisi green building ini sendiri dapat dilihat dari kondisi desain massa bangunan yang memiliki fasad terfragmentasi, dimana fragmentasi dari bangunan ini dapat memberikan tambahan sistem passive cooling pada bangunan itu sendiri sebagai sebuah ventilasi raksasa yang dapat dialiri oleh angin. 


            Selain itu cahaya matahari juga dapat masuk lebih mudah ke dalam bangunan melalui prinsip pemantulan atau refleksi cahaya. Dimana cahaya direfleksikan melalui celah - celah fasad yang nantinya dapat menyebar kedalam bangunan itu sendiri, dimana hal ini dapat membantu mengurangi penggunaan artificial light dalam bangunan. Konsep lain yang dihadirkan dalam bangunan adalah konsep rapid movement yang berhubungan erat dengan bagaimana mobilitas dalam bangunan nantinya akan mempengaruhi bagaimana pergerakan pengunjung, akses, keterhubungan antar ruang, dan efisiensi ruang. Yang mana nantinya elemen - elemen itu sendiri akan berperan dalam seberapa cepat mobilitas dan pergerakan pengunjung hadir dalam bangunan. Konsep rapid movement merupakan salah satu konsep penting dalam perancangan bangunan intermoda. Elemen ini sendiri dihadirkan dalam bangunan melalui penciptaan elemen - elemen pergerakan yang tentunya mempermudah user untuk bergerak dan mencapai area tujuan. Elemen yang dihadirkan dalam bangunan sendiri berupa penghubungan area sky bridge yang terhubung dengan area retail, serta pemberian connecting platform yang menghubungkan area platform MRT dengan platform BRT.

Konsep Massing


           Konsep massing yang dihadirkan pada desain bangunan sendiri menggunakan konsep urban gate dan landmark and identity. Konsep massing ini digunakan untuk menghadirkan kesan sebuah bangunan yang memang merupakan identitas dan landmark dari kawasan Kebayoran Baru. Dengan menjadikan bangunan sebagai sebuah landmark kawasan tentunya dapat menciptakan sebuah penanda yang memang menjadi ciri khas dari site. Konsep urban gate sendiri sebenarnya merujuk pada penciptaan sebuah gerbang kota yang selain menjadi sebuah landmark juga menjadi sebuah tanda sebagai pintu masuk yang menghubungkan area luar dari kota atau kawasan kedalam area dalam kota atau kawasan tersebut yang mana dalam hal ini merupakan kawasan Kebayoran Baru. Stasiun ini dirancang dengan memberikan bentuk dinamis berupa lengkungan yang memberikan sebuah makna sebagai simbol baru yang hadir dalam kawasan yang memberikan kesan modern dan tidak monoton, selain itu bangunan ini juga memiliki fungsi lain yang dihadirkan untuk menjadi sebuah navigasi untuk mengarahkan aliran pejalan kaki dan kendaraan yang ada.

1. Fragmented skin
2. Urban gate + landmark and identity

Respon Desain


          Sebagai respon dari desain yang dilakukan pada bangunan sebagai bangunan integrasi tentunya diperlukan penghindaran penumpukan penumpang pada beberapa titik areal akses masuk maupun keluar dari bangunan itu sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut, desain dan peletakan dari layout area drop off dalam bangunan sendiri diletakan pada area beradius sejauh 300 m dari pusat area moda. Dimana hal ini dapat mendukung pengurangan penumpukan penumpang di area - area tertentu pada jam sibuk. Area untuk drop off sendiri dibagi menjadi dua area berbeda berupa area drop off untuk taksi online dan area drop off untuk ojek online. Respon desain lainnya yang diterapkan pada bangunan sendiri adalah berupa respon terhadap kondisi iklim dan cuaca yang ada di kawasan Kebayoran Baru. Respon desain yang dihadirkan dalam bangunan berupa pengolahan fasad menjadi sebuah shading bangunan terhadap hujan dan terik matahari. Selain sebagai shading elemen fasad ini sendiri dapat dimanfaatkan menjadi sebuah elemen ventilasi masif yang berguna untuk membantu cooling dalam bangunan dan sumber pencahayaan alami.

1. Drop off taksi online radius 300 m untuk mengurangi penumpukan
2. Pembagian untuk sirkulasi penumpang dan pejalan kaki

Fasad Bangunan

        Fasad bangunan diciptakan dengan melakukan pengolahan desain melalui proses fragmentasi massa. Fasad bangunan diciptakan dari bentuk dasar persegi yang diolah kedalam bentuk lengkung sebagai penggambaran gate bagi jalur MRT kemudian dilakukan pemberian volume untuk merespon keadaan iklim kota terkait kondisi cuaca yang dapat berfungsi sebagai shading pada cuaca panas dan hujan. Fragmentasi yang dilakukan pada fasad bangunan juga berpengaruh pada respon bangunan terhadap cuaca dalam kondisi hujan sebagai area untuk pengaliran air hujan. Selain itu fragmentasi juga dilakukan untuk mengurangi kemasifan pada infrastruktur beton eksisting yang ada sehingga bangunan terlihat lebih ringan.


Sunday, November 24, 2024

Sebentang Nusa by Budipradono Architects

 Sebentang Nusa


Merupakan kantor lembaga penjamin simpanan Ibukota negara yang dibangun di Ibu Kota Negara untuk menunjang lembaga keuangan di Indonesia. Bangunan ini di desain dengan menerapkan konsep arsitektur kota yang dimana dapat menyesuaikan dengan desain masterplan dan pengembangan perancangan kawasan IKN, tidak hanya itu desain ruang luar menerapkan onsteks smart city urban forest dengan tujuan dapat meredam polusi suara dan udara.Design pada bangunan ini juga memiliki konektivitas dengan transportasi kota dan memberikan akses pejalan kaki yang nyaman.


Konsep Green Building


Dalam mendesain gedung LPS ini konsep yang ingin dihadirkan dalam bangunan sendiri dihubungkan dengan konsep desain kota IKN yang mengerucut pada konsep forest city dimana konsep ini berhubungan dengan konsep kota yang diselaraskan dan dikombinasikan dengan alam khususnya hutan. Untuk menghubungkan konsep forest city sendiri diambilah konsep green building sebagai konsep utama dalam bangunan untuk menghadirkan bangunan yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak buruk yang dapat dihasilkan bangunan terhadap lingkungan. Konsep ini dapat mendukung pengurangan penggunaan energi listrik serta pengurangan penggunaan alat pendingin ruangan yang dapat berpotensi dalam melepaskan emisi karbon ke lingkungan. Yang mana emisi karbon tentunya dapat sangat berbahaya pada lingkungan itu sendiri. Untuk mendukung konsep ini bangunan menggunakan elemen inner garden dan penggunaan konsep cross ventilation untuk mengurangi beban pendingin dalam ruangan yang dapat sekaligus digunakan sebagai view untuk bangunan itu sendiri. Selain itu konsep pasif energi juga didukung melalui penciptaan bangunan bermassa kubus dengan ukuran 30m, yang memungkinkan pemasukan cahaya natural kedalam bangunan untuk membantu mengurangi penggunaan artificial light sehingga dapat membantu pengurangan konsumsi energi untuk lighting.


Konsep Desain



Konsep forest city digunakan pada bangunan ini digunakan sebagai bentuk respon desain yang akan dilakukan pada pembangunan IKN itu sendiri, dimana konsep ini merupakan bentuk penyelarasan bangunan untuk membantu mengurangi dampak bangunan pada alam. Bangunan didesain untuk mendukung keberlanjutan untuk mengurangi kerusakan alam yang dapat menyebabkan perubahan iklim, polusi, dan bencana alam. Untuk itu di gunakanlah konsep green building.



Untuk pengerucutan dari konsep desain bangunan sebagai bangunan hijau, bangunan LPS didesain dengan menciptakan beberapa elemen seperti elemen terasan pada bangunan sebagai passive cooling dan shading pada bangunan, cross ventilation, inner garden, kinetic facade, dan terrace massing. Sistem passive cooling dan shading, konsep untuk pendinginan pasif dalam bangunan dihadirkan dengan menciptakan elemen shading pada bangunan melalui penciptaan massa bangunan yang memiliki sky terrace dimana pola massa bangunan disusun secara zig zag untuk menghadirkan elemen sky terrace yang dapat difungsikan menjadi sky garden untuk shading dan cooling bangunan, selain sebagai sistem pendingin sendiri elemen ini dapat menjadi elemen relaksasi bangunan bagi karyawan yang bekerja dalam bangunan. Sistem pendingin lain yang digunakan dalam bangunan adalah cross ventilation dimana sistem ini merupakan sistem yang digunakan untuk menciptakan kedinamisan aliran udara panas dan udara dingin dalam bangunan.

Sistem ini dihadirkan dengan menciptakan bukaan bangunan yang dapat dibuka dan ditutup untuk mendukung pengaliran udara alami dalam bangunan, udara dingin mengalir masuk ke dalam bangunan lalu keluar bersama udara panas melalui sisi ventilasi pada arah berlawanan. Sistem ini selain mendukung untuk sistem pendinginan bangunan namun juga dapat mengurangi konsumsi energi untuk penggunaan pendingin (AC) dalam ruangan. 



Untuk konsep lain dari passive energy, bangunan didesain menggunakan 3 massa utama yaitu 14 lantai paling belakang, 7 lantai belakang, dan 5 lantai dengan masing-masing lebar bangunan max. 30 meter sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam bangunan dengan optimal. Konfigurasi massa mengusung konsep in between yang terdapat inner garden diantara bangunan sehingga dapat mengoptimalkan sirkulasi aliran udara juga sebagai pendingin kawasan sekaligus komunikasi sosial antar pengguna. Konsep ini juga turut membentuk aksesibilitas konektivitas antar ketiga bangunan, dengan akses kendaraan yang dapat dijangkau dari ketiga sisi dengan pemisahan akses sepeda, juga terdapat adanya corner plaza sebagai penghubung pejalan kaki dan public transportation shelters dari sisi timur dan barat.


Konsep Massing



        Pada bangunan ini gubahan massa dengan tinggi bangunan hanya 7 level tidak menciptakan landmark.Gedung-gedung tampak setara,tidak ada hirarki dan tidak menjadi landmark suatu tempat.Maka dari itu gubahan massa dibuat menjadi 3 bagian, 14 lantai paling belakang, 7 lantai belakang, dan 5 lantai area depan.Tampak saling bersaing menjadi hirarki dan menjadi sebuah landmark. Tidak hanya itu, bangunan ini juga memiliki bentuk dasar basic box yang memudahkan konstruksi dan sangat efisien dalam pembangunan 6 bulan. Secondary skin yang diterapkan merupakan struktur independen membuat sejuk ruangan serta dibuat secara mengelilingi bangunan serta melebihi tinggi sesungguhnya sehingga menciptakan sebuah landmark. Tanaman palem & tanaman perdu digunakan sebagai lambang dari penghijauan pada daerah ini,pohon yang ditanam juga merupakan pohon yang mudah tumbuh dan minim perawatan.

Respon Desain



Untuk merespon kondisi lahan site  berkontur dan berada pada area lahan gambut, desain dari pondasi bangunan sendiri diadaptasikan untuk menyesuaikan site dengan menggunakan kayu besi kalimantan atau ulin sebagai salah satu elemen pondasi bangunan. Lahan gambut memiliki karakteristik tanah yang cukup lunak, dimana pada dasarnya memang kurang cocok dijadikan sebagai sebuah dasar pondasi untuk pendirian bangunan karena memiliki potensi terjadinya kegagalan konstruksi pada bangunan. Untuk itu kayu ulin digunakan sebagai elemen pancang yang dapat membantu menyokong pondasi tradisional bangunan dikombinasikan dengan raft foundation untuk mengurangi penurunan tekanan tanah. Respon lain yang ada pada bangunan sendiri merupakan penggunaan elemen kolom pilotis dan hanging platform sehingga bangunan dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan site yang berada pada area lahan berkontur.


Untuk Konfigurasi antar massing bangunan sendiri dibuat saling berjarak dengan inner garden ditengah diantara ketiga massa bangunan. Hal tersebut dirancang sebagai bentuk respon pasif energi guna cahaya dan sirkulasi udara dapat masuk dan mengalir kedalam bangunan dengan optimal sehingga dapat mereduksi thermal dalam bangunan secara alami juga mengurangi beban penggunaan energi pada bangunan hal ini juga didukung dengan penghadiran elemen green roof dan green facade.


Fasad



Fasad pada bangunan menerapkan strategi yang berkaitan dengan pasif energy. Dengan dynamic skin yang terbuat dari material perforated aluminium dapat menahan panas matahari dengan efektif tidak hanya itu dalam pemasangannya pun dapat dilakukan dengan cepat. Material Fasad menggunakan material perforated berwarna orange sebagai representasi dari lambang atau logo dari LPS. Kinetic facade terdiri dari alumunium berbentuk segi enam sebagai simbol kerja keras.  Green facade juga terdapat di beberapa lantai bangunan dengan memberikan planter box yang dapat mereduksi panas yang berlebih masuk kedalam bangunan dan menjadikan bangunan menjadi lebih sejuk. Konfigurasi massa bangunan dibagian podium menciptakan teras di beberapa lantai sebagai area rileks sehingga karyawan (user) lebih produktif dalam bekerja.


Project Credit


Stasiun Kota MRT JIS Jakarta


Lokasi                                  : Penajam Paser Utara

Design Phase                      : 2023

Type                                    : Sayembara, Gedung Pemerintahan

Architect                              : Budi Pradono

Firm                                      : Budi Pradono Architect

Project Architect in Chief    : Budi Pradono

Assistant Architect                  : Sigit Ashar Setyoaji, Muhammad Fadhil Hasairin, Fransisca Yongsi, Iqbal Nurhidayat

Studio Support                        : Ignasia Keren, Rahmat Diko, Kiara


Stasiun JIS by Budipradono Architects

 Stasiun JIS

      

        Stasiun JIS merupakan salah satu bangunan yang tergolong dalam bangunan transit intermoda sebagai salah satu integrasi transportasi. Bangunan ini menghubungkan beberapa moda transportasi seperti transjakarta, KRL, dan integrasi dengan bangunan publik seperti retail, taman (open space), dan JIS (Jakarta International Stadium). Sebagai sebuah bangunan transit intermoda, tentunya stasiun JIS diatur sedemikian rupa dalam pengaturan pola sirkulasi dan program ruang yang dimiliki. Hal ini dihadirkan melalui pembentukan dan pengaturan massa yang disusun sebagai pembagi sirkulasi antar pengunjung untuk menghindari terjadinya cross antar penumpang datang (arrival) dan berangkat (departure) yang dapat menciptakan penumpukan jumlah penumpang di satu titik, tentunya ini juga akan membantu dan mempermudah akses bagi penumpang untuk melakukan perpindahan moda.


Konsep TOD (Transit Oriented Development)

        TOD atau biasa disebut sebagai Transit Oriented Development merupakan sebuah konsep desain arsitektur yang digunakan untuk merancang bangunan transportasi yang saling berintegrasi. Bangunan ini sendiri akan diintegrasikan dengan beberapa tipologi bangunan seperti halte TJ, retail, stasiun KRL, hall, dan JIS yang juga akan dikombinasikan dengan taman melalui elemen jembatan dinamis sebagai tipologi baru. Keterhubungan antara tipologi dan fasilitas yang dihadirkan sendiri tentunya akan menciptakan kemudahan akses terhadap beberapa fungsi yang ada serta memiliki potensi untuk menawarkan sebuah kemudahan bertransportasi yang dapat memikat user menggunakan transportasi umum. Tidak hanya itu bangunan juga didesain menggunakan konsep ramah lingkungan sebagai sebuah bentuk apresiasi terhadap alam dan dukungan program SDGs.


Konsep Desain



Konsep desain TOD dalam bangunan diciptakan dengan memadukan beberapa fungsi pada area sekitar bangunan, seperti proses integrasi yang dilakukan dengan menghubungkan area pertokoan, ruang publik, dan area sirkulasi pejalan kaki sehingga tercipta suatu keterkaitan antara kegiatan manusia (aktivitas), transportasi, dan bangunan yang menciptakan kemudahan aksesibilitas bangunan. Aksesibilitas sendiri merupakan salah satu elemen penting yang harus hadir dan ada dalam sebuah bangunan transit intermoda. Aksesibilitas akan berpengaruh pada bagaimana penumpang sebagai user dalam bangunan dapat mudah melakukan pergerakan tanpa mengalami sebuah hambatan sirkulasi, baik itu pengguna publik maupun non-publik. Oleh karena itu konfigurasi ruang dalam bangunan juga perlu diperhatikan untuk mendukung terciptanya kemudahan akses pengguna. Untuk itu JIS didesain dengan memperhatikan pola sirkulasi yang dapat terjadi dalam bangunan bagaimana proses alur pergerakan sirkulasi dari perpindahan moda, akses masuk dan keluar, akses pergerakan antar ruang, serta pembagian pola sirkulasi.


Konsep Massing



        Konsep massing yang ada di dalam desain bangunan ini diolah dengan memperhatikan bagaimana integrasi setiap area bangunan itu sendiri memiliki keterhubungan. Setiap massa yang dihubungkan (JIS - Halte TJ - Stasiun KRL) disatukan dalam sebuah pola datum dengan JIS sebagai datum utama. Dalam hal ini axis dan datum JIS digunakan sebagai referensi utama untuk mengatur bagaimana penempatan massa serta view dari bangunan ingin dihadirkan. Selain itu parameter kontur juga digunakan sebagai pembentuk massa bangunan untuk menghasilkan bentuk dinamis dan tidak monoton kedalam kawasan sebagai sarana penghadiran tipologi baru.  


Respon Desain



        Respon desain yang digunakan pada bangunan ini menyesuaikan dengan konteks dan keadaan site yang memang berada di area kawasan urban Kota Jakarta. Untuk mendesain bangunan yang tergolong dalam bangunan transportasi publik digunakan garis axis sebagai sebuah parameter untuk melihat keterhubungan (konektivitas) site dengan area sekitar. Garis axis ini juga bisa dikenal sebagai sebutan space syntax, dimana space syntax sendiri merupakan sebuah metode analisis yang digunakan untuk melihat sebuah konfigurasi ruang yang digunakan oleh user sebagai pengguna bangunan dalam hal ini adalah penumpang transportasi. 


        Kemudian untuk merespon kepadatan area urban, bangunan didesain dengan menghadirkan sebuah area hijau (green space) untuk menciptakan area hijau tambahan bagi Kota Jakarta yang merupakan area urban dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Area hijau dihadirkan pada bangunan dengan mengimplementasikan atap sebagai area taman berupa green roof. Area atap sendiri didesain dengan menggunakan kontur sebagai parameter, dimana area roof juga dapat dialih fungsikan menjadi area seating.


Fasad Bangunan



        Bangunan menggunakan fasad dinamis sebagai bentuk penghadiran tipologi baru dalam kawasan. Kedinamisan fasad bangunan memberikan warna baru pada kawasan site. Fasad dinamis ini dihadirkan pada dua elemen bangunan yaitu pada areal stasiun KRL dan areal jembatan yang menghubungkan stasiun dengan area public space berupa taman. Fasad bangunan juga dibuat menggunakan parameter kontur sehingga menciptakan kesan kesatuan dengan alam. Kontur dibuat menutupi bagian atas bangunan yang dapat dimanfaatkan sebagai area seating bagi pengunjung serta sebagai area hijau tambahan bagi area bangunan sendiri. Fasad ini juga diciptakan dengan fungsi skylight sebagai sumber cahaya tambahan pada siang hari kedalam area bangunan.


Project Credit


Stasiun Kota MRT JIS Jakarta


Lokasi                                  : Papanggo, Kec. Tj. Priok, Jakarta Utara

Design Phase                      : 2022

Type                                    : Sayembara, Transportasi Publik

Architect                              : Budiyanto Pradono

Firm                                      : Budi Pradono Architect

Project Architect in Chief    : Budiyanto Pradono

Assistant Architect                  : Sigit Ashar Setyoaji, Muhammad Fadhil Hasairin, Fransisca Yongsi, Iqbal Nurhidayat

Studio Support                    : Ignasia Keren, Rahmat Diko, Kiara



Ruang Riung Rakyat by Budipradono Architects

Ruang Riung Rakyat


        Merupakan kawasan bangunan legislatif yang didesain sebagai sebuah simbol demokrasi pemerintahan Nusantara. Menggunakan konsep dasar trias politica sebagai makna yang ingin ditonjolkan dari desainnya sendiri yang diimplementasikan pada penataan bangunan dan pengolahan massing bangunan. Konsep bangunan hijau juga dihadirkan dalam bangunan untuk mendukung gerakan SDGs, hal ini diimplementasikan dengan menghadirkan bangunan yang memiliki passive cooling system sehingga dapat meminimalkan penggunaan pendingin udara dalam bangunan itu sendiri.

Konsep Legislatif

            Komplek Gedung legislative ini secara gubahan massa komposisinya diatur berdasarkan garis sumbu tripraja yang merupakan representasi nilai luhur manusia dan alam dan garis itu juga menghubungkan antara Kawasan legislative ini terhadap istana presiden maupun Kawasan bangunan yudikatif, yang terdiri dari (MA/MK/KY), Karena ini merupakan simbol sistem kenegaraan yang harus selalu tunduk kepada nilai-nilai luhur maupun nilai demokrasi yang kita anut. Sumbu ini diperkuat dengan cara membagi komposisi massa bangunan secara 3 dimensi yaitu kompleks perkantoran MPR di sisi sebelah utara dan bangunan kompleks perkantoran DPR dan DPD di sisi selatan kawasan Pembagian ini diperkuat dengan menempatkan bangunan kompleks paripurna di sisi barat dan tengah kawasan. Pemilahan ini diperkuat dengan elemen dinding lengkung di kedua sisi kompleks perkantoran tersebut sehingga area tengah yang merupakan garis tripraja merupakan area public yang terdiri dari lapangan olahraga sepakbola maupun reflecting pond/ kolam bulat merepresentasikan kejernihan berpikir bagi wakil rakyat.


            Penempatan massa secara linier dipertegas dengan axis utama berupa jalur sirkulasi pejalan kaki yang membelah secara rata kawasan lahan Perpaduan antara pola linier terstruktur pada area pejalan kaki atau area publik dengan bentuk-bentuk reguler dipadukan dengan bentuk irregular landscape yang berkontur dan dengan bentuk massa yang compact. Gedung Paripurna menjadi tetenger pemersatu massa bangunan pada kawasan, menjadi pengikat dengan bentukan sebagai landmark.

Konsep Desain


            Untuk konsep desain bangunan yang ingin ditonjolkan pada kawasan bangunan ini sendiri lebih menekankan elemen kenegaraan sebagai konsep dasar yang menopang perancangan bangunan itu sendiri. Dimana nilai - nilai dan simbol - simbol kebangsaan diambil dan ditekankan dalam desain melalui filosofi - filosofi simbolis elemen arsitektur yang mana dikenal dengan pendekatan semiotika arsitektur. Pendekatan semiotika sendiri merupakan sebuah pendekatan dalam arsitektur yang menghadirkan sebuah tanda sebagai penyelaras antar bangunan dengan site kawasan maupun fungsi dimana bangunan itu berdiri. Dalam hal ini semiotika dihadirkan dalam desain gubahan massa bangunan dengan menggunakan garis tripraja (atau bisa dikenal dengan trias politika, yang melambangkan tingkatan antar elemen negara). 



            Setiap elemen juga diciptakan untuk menghadirkan nilai - nilai keluhuran dan kebangsaan yaitu nilai - nilai demokrasi yang tentunya dianut oleh Bangsa Indonesia sendiri. Elemen ini juga berusaha dihadirkan dari elemen - elemen yang dipertegas melalui simbol sumbu axis bangunan berupa area sirkulasi pejalan kaki, simbol lainnya juga dihadirkan melalui reflecting pool yang dihadirkan sebagai simbol kejernihan berfikir bagi wakil rakyat. Bangunan sendiri juga menerapkan konsep arsitektur hijau dimana bangunan menggunakan struktur pilotis sebagai passive cooling bagi bangunan untuk menciptakan area yang dapat dilalui udara.


Respon Desain



            Respon desain didasarkan pada keadaan site lahan yang memang berkontur dan merespon akan kebutuhan bangunan berkelanjutan. Respon desain ini meliputi pengolahan site existing lahan seperti penggunaan massa compact dengan struktur pilotis untuk proses cut and fill serta pengolahan elemen bangunan berkelanjutan untuk mengurangi suhu panas pada bangunan.


Strategi Olah Block Plan



            Landscape pada eksisting merupakan lahan berkontur yang juga menjadi potensi dari site itu sendiri. Meminimalkan intervensi pada lahan dengan pola sirkulasi yang mengikuti kontur. Menghadirkan dinding demokrasi sebagai datum pengikat kawasan juga batas masif antar fungsi zona MPR, DPR, DPD, juga fungsi publik. Menghadirkan pola formal memotong site ditengah sebagai antitesis kawasan yang menyiratkan garis imajiner sumbu kawasan yang kemudian difungsikan sebagai zona publik dan menjadi plaza demokrasi. Imajiner lugas menyusun massa bangunan se-compact mungkin sehingga meminimalisir lahan yang tercover bangunan. Selain itu, diterapkan strategi pilotis dan juga memperluas bidang resapan air sehingga mempertahankan lahan tetap pada kondisi semula.


Konsep Massing Bangunan



            Konsep massing bangunan yang dihadirkan pada kawasan bangunan sendiri tetap didasarkan pada konsep dasarnya yang memang menggunakan sumbu tripraja. Setiap massa bangunan disusun dari volumetrik perhitungan luasan fungsi bangunan juga memperhatikan pembagian proporsi massa bangunan beserta kondisi kontur yang hadir di area site itu sendiri. Massa bangunan dibagi menjadi tiga kompleks kawasan dimana MPR berada pada sisi utara, DPR dan DPD berada pada sisi sebelah selatan. Untuk mempertegas pembagian sumbu tersebut, bagian tengah massa bangunan diolah menjadi area publik berupa area sirkulasi pejalan kaki dan reflecting pool. 



            Area ini dibentuk dengan bentuk - bentuk massa reguler yang dipadukan dengan bentuk irregular landscape berkontur, sehingga massa yang diolah juga menjadi compact untuk menghasilkan bangunan yang lebih efisien, hal ini terbukti dari terciptanya ruang - ruang antar massa yang dapat dimanfaatkan sebagai area inner courtyard. Ke-compat-an bangunan juga dapat mendukung terciptanya area resapan air yang lebih luas. Untuk penataan landscape kawasan sendiri diolah untuk mempertahankan kondisi dari eksisting lahannya sehingga meminimalkan intervensi site itu sendiri. Akses bangunan dibuat terpisah untuk memberikan kemudahan akses dan sirkulasi bagi masing - masing bangunan itu sendiri. Akses pejalan kaki juga diolah menjadi sebuah datum yang secara tegas membagi lahan dari tengah - tengah area bangunan sebagai sebuah datum yang melambangkan area demokrasi.


Fasad Bangunan         


        

            Fasad bangunan diolah dan dirancang menggunakan konsep dasar dari arsitektur hijau, dimana menggabungkan beberapa elemen seperti sun shading, double roof, dan double skin facade untuk fasad yang diolah dan digunakan pada bangunannya sendiri menggunakan pola motif - motif nusantara sebagai simbol yang menggambarkan elemen kebangsaan milik Nusantara. Desain fasadnya juga diolah untuk dapat merespon desain bangunan yang tergolong dalam jenis bangunan sustainable dimana sun shading dan double roof digunakan untuk membantu mengurangi heat gain yang ada dalam bangunan itu sendiri sehingga suhu dalam bangunannya dapat dikendalikan.


Project Credit
Gedung Legislatif MPR IKN, Ruang Riung Rakyat

Lokasi                                  : Penajam Paser Utara
Design Phase                     : 2021
Type                                    : Sayembara, Gedung pemerintahan
Architect                              : Budi Pradono
Firm                                     : Budi Pradono Architect
Project Architect in Chief    : Budi Pradono
Assistant Architect              : Sigit Ashar Setyoaji
Studio Support                    : Ignasia Veren, Raihan Hilmi