Friday, September 13, 2013

Lombok International Bamboo Architecture Festival (inspiration)

Berikut ini adalah beberapa rancangan instalasi dengan Bambu, sebagai bagian dari ide-ide kreatif untuk menciptakan struktur temporer (instalasi) yang terbuat dari Bambu. Foto foto dan Image ini diharapkan menjadi inspirator bagi para calon peserta yang akan mengikuti LIBAF, Lombok International Architecture Festival yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-8 Desember yang akan datang.
Telephaty
Kengo Kuma

Telephaty
Kengo Kuma. 

Telephaty
Kengo Kuma. 
Forest Pavillion
n-Architect

Oval Bamboo Sculpture @ Kennedy Center

Merajut Bambu 2012, Magelang

Merajut Bambu 2012, Magelang

Sougetsu Week
Landscape Architecture Department of the Moscow High Institute of Architecture


http://volumeproject.org/2010/09/bamboo-building-bash/


Stream: A Folded Drawing
Stephen Talasnik


“Big BambĂș: You Can’t, You Don’t, and You Won’t Stop”Starn Brothers
The Roof of the Metropolitan Museum of Art Sprouts a Bamboo Forest
http://tropolism.com/archives/2006/04/here-there-be-monsters-part-2.php#more

Bagi siapa saja, dari komunitas kreatif (seniman, arsitek, interior desainer, produk desainer, etc). Kami, mewakili Lombok International Bamboo Architecture Festival (LIBAF), mengundang Anda untuk berpartisipasi sebagai peserta dengan mengajukan rancangan instalasi bambu berukuran 5 meter x 5 meter x 8 meter (tinggi). Nantinya, instalasi tersebut akan direalisasikkan di Pantai Sengigi, Lombok, pada tanggal Desember 2013. Beberapa wakil Negara sahabat, seperti Jerman, Jepang, serta Singapura sudah bersedia untuk hadir dan berpartisipasi dalam acara ini. Karya instalasi bambu terbaik akan mendapatkan apresiasi sebesar US$ 5000.


Form pendaftaran dapat Anda unduh di http://www.lombokbambufestival.com/bamboo-architecture-instalation-artwork/ 

Salam Dari Panitia dan tim Curator




Presentation - Urban Islands Workshop 2013 at cockatoo islands with Budi Pradono, Catie Newell and Ricardo and Prats

Musim Panas di Pulau Kakatua (Cockatoa islands)




Wednesday, September 11, 2013

Masterplan Surya University Bogor



Konsep utama Masterplan Kampus Surya University berdasar pada Surya Golden Ration (SGR). SGR merupakan hasil studi dari pengembangan bidang octagon yang sudah diperdalam oleh pihak Surya University. r-octagon, s-octagon, m-octagon merupakan geometri dasar yang digunakan dalam perancangan kampus yang berbasis riset dan teknologi ini.





Dalam perancangannya, masterplan kampus menggunakan konsep bidang m-octagon yang membentuk fraktal. Titik sentralnya ditempatkan pada pusat tapak. Titik ini selanjutnya dijadikan datum untuk mengorganisir seluruh kawasan. Secara konsisten, pola dari susunan 8 Surya Golden Spiral (SGS) digunakan ketika menempatkan bangunan dalam Kawasan Surya University (KSU). Gedung Rektorat berada di pusat "tata surya" kampus, disusul oleh 8 Gedung Pusat Riset, setelah itu terdapat Gedung Kampus yang membentuk menerus, yang juga menjadi batas internal kampus, serta gedung-gedung fasilitas pendukung yang tersebar di ring terluar kawasan. Penempatan bangunan fasilitas pendukung juga berdasar pada 2 axis, yaitu student activity axis, dan religiosity-educational axis. Bangunan student center ditempatkan di sisi terjauh student activity axis mengingat kegiatan yang dilakukan menghasilkan bising yang kuat. Sedangkan Chapel serta Perpustakaan berada di area depan kawasan sebagai simbol penyatuan religiusitas dan ilmu pengetahuan.


Tidak hanya penempatan bangunan di dalam kawasan, sirkulasi utama kawasan ini pun juga menggunakan pola SGS yang diteruskan hingga batas kawasan. Sebagai kampus dengan teknologi tinggi, tentunya Kawasan Surya University juga perlu mendukung konsep green environment. Untuk itu, seluruh kendaraan konvensional tidak diperbolehkan untuk mengakses area dalam kampus. Sementara, untuk menuju area internal, seluruh civitas akademika akan diperbolehkan menggunakan kendaraan yang disediakan oleh pihak kampus, seperti sepeda, segway, ataupun kendaraan listrik.



Konsep rancangan landscape kawasan berdasar pada konsep keseimbangan alam serta ilmu pengetahuan. Strategi implementasinya yaitu dengan melakukan mapping kontur, danau, sawah serta pohon-pohon besar pada eksisting kawasan, kemudian mempertahankannya. Nantinya, habitat eksisting tersebut dapat digunakan sebagai laboratorium hidup mata ajar kampus. Mulai dari batas lahan terluar, kawasan akan dikelilingi oleh hutan tropis dan secara bertahap akan berubah menjadi lebih teratur.
Tidak hanya rancangan landscape, gubahan masa area eksternal didapat dari pengembangan lebih lanjut bentuk geometri umum. Gedung Sport Hall serta Kolam Renang, misalnya, merupakan pengembangan Golden Square dengan transformasi Fibonachi, sehingga dapat menghasilkan geometri sport hall yang unik. Lalu, Gedung Asrama Mahasiswa dirancang menggunakan multiplikasi dari r-octagon dengan tetap menyediakan ruang-ruang pertemuan atau ruang publik sebagai transisi antar bangunan.


Sedangkan pada area internal kampus, pengembangan gubahan masa didapat dari bidang octagon, baik m-octagon serta s-octagon. Secara umum, gubahan masa di area dalam merupakan hasil pengembangan yang dilakukan khusus oleh pihak Surya University sendiri. Gedung Rektorat merupakan cerminan dari ring 1 hingga 6 m-octagon . Gedung Riset menggunakan  gubahan prisma c-octagon. C-otagon sendiri merupakan gabungan dari 4 s-octagon dan 1 m-octagon. Sedangkan Gedung Kampus, yang merupakan ring 8 KSU, menggunakan gubahan m-octagon yang diangkat dengan pilotis/kolom setinggi 2,5 meter, sehingga memungkinkan pejalan kaki atau pengguna sepeda berjalan dibawah bangunan. Tersebar pula void octagon yang memberikan kesempatan pohon untuk menembus bangunan.



Lebih lanjut lagi, rancangan landscape pada area dalam KSU dikembangkan menjadi sebuah taman labirin berpola SGS. Ini dirasa perlu, mengingat Gedung Rektorat serta Gedung Laboratorium memiliki privatisasi yang tinggi. Bahkan, untuk mencapai gedung dengan hirarki atas ini, seluruh civitas akademika diharapkan dapat menggunakan teknologi GPS untuk mengakses gedung tersebut. Dan sebagai perlambang penjernihan hati dan pikiran, Gedung Rektorat juga dikelilingi oleh kolam air tenang.



Selain pengembangan secara gubahan masa dan kawasan, kami juga melakukan  pengembangan secara teknologi pada bangunan di KSU. Semua fasilitas di Kawasan Surya University dirancang terintegrasi baik secara desain maupun teknologi. Perancangan facade Gedung Rektorat dan Gedung Riset menggunakan teknologi secondary skin yang dapat merespon kebutuhan pencahayaan dalam bangunan. Selain itu, di setiap fatigue point direspon dengan node-node dengan berbagai program, seperti cafe, parkir sepeda, serta charging spot untuk kendaraan listrik. Ini juga menjadi fasilitas umum civitas akademika di dalam kampus.


PROJECT CREDITS
Office Budi Pradono Architects
Location Kawasan Surya University, Bogor, Jawa barat
Design Period August 2013
Concept by Budi Pradono
Architect: Budi Pradono Architects (BPA)
Principal Architect: Budi Pradono
Assistant Architects: Stephanie Monieca, Elda Siska Sinuraya, Ajeng Nadia Ilmiani, Eka Feri Rudianto, Zulfikar Ramzy Malewa
Assistant Architect Supports: Destiana Ritaningsih, Laurencia Yoanita, Rifandi Septiawan Nugroho, Stephen Lim

Tuesday, September 10, 2013

Tirta Matra: Ruang Publik Baru Kota Jakarta

Tirta Matra merupakan proposal desain untuk pengembangan kawasan kebudayaan nasional di Jalan Medan Merdeka Timur (Pengembangan Bangunan Galeri Nasional Indonesia).

Pesatnya perkembangan dan kemajuan masyarakat digital di dunia menyebabkan penurunan minat masyarakat akan bangunan-bangunan kebudayaan seperti museum, art gallery, dan theater. Hal ini menjadi tantangan yang sangat besar bagi arsitek untuk merespon isu tersebut.  Galeri Nasional Indonesia (GNI) adalah salah satu yang mengalami dampak dari perkembangan masyarakat digital. Jumlah pengunjung GNI mengalami penurunan yang signifikan. Harus ada solusi dari segi software maupun hardware untuk meresponnya.

Dari segi software, kita bisa menempatkan program manager yang inovatif yang menciptakan program yang cepat dalam waktu tertentu. Sedangkan dari segi hardware, dikembangkan melalui bangunan baru yang menggunakan teknologi terkini yang atraktif secara bentuk maupun pengalaman ruang yang ditawarkan. Oleh karena itu, kami sebagai Arsitek mencoba memberikan solusi hardware dengan mengajukan proposal desain yang merespon masyarakat digital. Pada proposal desain ini, kami memberi makna yang “kekinian” dengan unsur yang mengundang publik untuk berkunjung serta menggunakan material yang kontemporer. Di sini, kami mengangkat unsur air sebagai benang merah konsep karena kami menilai air merupakan media yang atraktif untuk mengundang perhatian publik.


Pendekatan urban desain mengacu pada gagasan awal Ir Soekarno RI untuk menjadikan kawasan disekitar Monumen Nasional sebagai simbol peradaban dan pusat kebudayaan nasional. Oleh karena itu, secara konteks kami mengacu pada Monas, sebagai DATUM yang direspon secara lebih fundamental. Tidak hanya menyediakan garis imajiner, tetapi juga menyediakan public space pada beberapa macam ketinggian seperti Teater, yang berada di atas gedung pameran temporer, serta sky lobby di lantai tertinggi hotel.


Kemudian, kami juga memberikan respon berbeda untuk kawasan yang memiliki 2 muka, yaitu Jalan Medan Merdeka Timur dan Sungai Ciliwung. Pada jalan yang menghadap Medan Merdeka Timur, kami rancang sebuah reflecting ponds dan taman depan dengan air mancur untuk memberikan keseimbangan. Sedangkan di area pinggir Sungai Ciliwung, dirancang public space berupa promenade, serta amphiteater.




Untuk gubahan masa, kami membaginya menjadi dua katagori, yaitu gubahan masa oval-fluida, serta gubahan yang rectangular. Terdapat 3 bangunan yang kami rancang dengan batasan fluida, yaitu Gedung Teater Nasional, Gedung Pameran Temporer 3, serta Gedung Teater Indoor. Ini membuat kualitas yang dialami menjadi berbeda dari yang biasanya, yang berbentuk kotak. Di lain pihak, bentuk rectangular juga kami pertahankan pada beberapa bangunan seperti pada Pusat Data Gedung Komersial, Covention Center, Lab, Ruang Koleksi, serta Ruang Seminar. Bentuk yang rectangular, ditambah dengan ritme dari kolom-kolom baja di sisi luar bangunan membentuk harmonisasi yang apik dengan Ruang Pameran Temporer, yang notabene adalah bangunan cagar budaya.








Kami juga merancang dengan pendekatan "WOW" Factor, yang memberikan efek ketertarikan bagi masyarakat yang berkunjung, baik yang datang dari Jalan Merdeka Selatan, maupun jalur Sungai Ciliwung. Kami melihat perlu adanya sebuah landmark di Kota Jakarta. Kami harap, di masa datang, kompleks ini menjadi sebuah destinasi pariwisata dari seluruh dunia. "WOW" Factor diterjemahkan dalam sebuah ruang publik yang luas, unsur air yang menonjol, penggunan material yang reflektif, seperti kaca ataupun baja, serta sky experience. Khususnya pada bagian rooftop Gedung Teater Nasional dan Gedung Pameran Temporer 3, serta sky lobby hotel, pengunjung bisa menikmati Jakarta dari ketinggian yang berbeda-beda, serta mengapresiasi kawasan Monas.



Beberapa preseden yang kami gunakan sebagai referensi "WOW" Factor, antara lain Reina Sofia Museum at Madrid, Louvre Lands at French, Kanazawa 21th Museum of Art at Japan, Jewish Museum at Berlin, Rolex Learning Center by SANAA at Switzerland, Vieux Port Paviliun by Marsailles.


PROJECT CREDITS Office Budi Pradono Architects
Location Kompleks Galeri Nasional Jakarta Pusat
Design period August 2013
Type: National Competition 2013
Concept by Budi Pradono 
Architect: Budi Pradono Architects (BPA)
Principal Architect: Budi Pradono
Assistant Architects: Anggita Yudhisty Zurman Nasution, Eka Feri Rudianto, Ajeng Nadia Ilmiani
Asistant architects supports: Rifandi Septiawan Nugroho, Destiana Ritaningsih, Stephen Lim, Laurencia Yoanita

Monday, September 9, 2013

RBDI Cikal Bakal Desainer Indonesia

Reka Baru Desain Indonesia atau disingkat dengan RBDI, merupakan sebuah gagasan untuk memetakan semua potensi karya rancang desain, seperti desain furniture, produk, interior, mode, landscape, arsitektur, diskomvis, maupun desain kemasan. Ide dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ini diharapkan mampu menjaring bibit-bibit muda. Ditambah dengan adanya diplomasi kebudayaan yang dilakukan Pemerintah dengan negara sahabat, tentu saja ini dapat membuka peluang bagi desainer Indonesia untuk mengikuti pelatihan serta pameran di luar negeri. Secara tidak langsung, nantinya mereka juga berperan sebagai brand ambassador Pemerintah RI. 



Selain itu, program ini merupakan salah satu bentuk fasilitas pemerintah dalam pengembangan ekonomi kreatif Indonesia, sehingga talenta-talenta desain Indonesia dapat terpacu untuk terus menghasilkan karya. Tentu saja, ini perlu kita dukung, sehingga kita makin bangga dengan Indonesia. Tidak hanya kita, beberapa pameran internasonal, baik di Milan, Paris, Berlin, London, New York, maupun Madrid, juga menantikan hadirnya kesegaran dari karya-karya inovatif-modern yang sangat Indonesia.

Sulitnya mencari desainer Indonesia, layaknya mencari permata dalam gundukan pasir. Ketika ditemukan, ia tetap harus diasah hingga mampu memberikan efek "WOW" dan patut mendapatkan apresiasi di tingkat internasional. Dari semua itu, hambatan terbesar dalam mengumpulkan desain serta desainer Indonesia adalah ketidakterbukaan dari pihak desainer itu sendiri. Tidak sedikit, cikal perancang Indonesia yang memiliki talenta serta karya yang memukau masih bersembunyi dan malu untuk menunjukan kepada orang lain. 



Ditambah lagi dengan wacana karya ke-Indonesia-an. Mereka juga harus menjawab tantangan dalam mendefinisikan karakter "sangat Indonesia". Karya yang "sangat Indonesia" ini dapat diterjemahkan dalam berbagai konteks, seperti konteks material ataupun gagasan itu sendiri. Kedua hal yang mengacu pada kekayaan etnis dan budaya Indonesia tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam karya desain yang menjawab kebutuhan kekinian.

Jika kita bandingkan program serupa di kota-kota metropolis lainnya, seperti London maupun New York, para desainernya berlomba-lomba meluncurkan produk atau karya rancang terbarunya secara massive dan terus menerus. Industri manufaktur ikut berperan aktif menjalin hubungan mesra dengan para desainer. Mereka siap menjembatani antara produk desain dengan teknologinya supaya siap dipasarkan. Secara tidak langsung, ini akan menjadi stimulan bagi hadirnya karya-karya baru. Di pihak lain, media juga siap bahu-membahu mendistribusikan ide segar para desainer kepada masyarakat umum.

Kedepannya, RBDI akan mengemas 20-50 karya desainer Indonesia dalam sebuah pameran bertajuk Pekan Produk Kreatif Indonesia 2013 . Pada pameran yang akan berlangsung pada bulan November-Desember ini juga akan diberikan penghargaan kepada desainer terpilih. Diharapkan dengan berjalannya RBDI ini akan membentuk sebuah budaya baru dalam memamerkan maupun memasarkan karya-karya yang terkumpul dari event ini. Pekan Produk Kreatif Indonesia pun tak lama lagi sudah bisa disetarakan dengan  Dutch Design Week, maupun The London Design Festival.

Jadi, apakah anda bagian dari komunitas desainer Indonesia? Ayo! Tunjukan karyamu!