Tirta Matra
merupakan proposal desain untuk pengembangan kawasan kebudayaan nasional di
Jalan Medan Merdeka Timur (Pengembangan Bangunan Galeri Nasional Indonesia).
Pesatnya perkembangan dan kemajuan
masyarakat digital di dunia menyebabkan penurunan minat masyarakat akan
bangunan-bangunan kebudayaan seperti museum, art gallery, dan theater.
Hal ini
menjadi tantangan yang sangat besar bagi arsitek untuk merespon isu
tersebut. Galeri Nasional Indonesia (GNI)
adalah salah
satu yang mengalami dampak dari perkembangan masyarakat digital. Jumlah pengunjung GNI mengalami penurunan
yang signifikan. Harus ada solusi dari segi software maupun hardware untuk
meresponnya.
Dari segi software, kita bisa menempatkan
program manager yang inovatif yang menciptakan program yang cepat dalam waktu
tertentu. Sedangkan dari segi hardware, dikembangkan melalui
bangunan baru yang menggunakan teknologi terkini yang atraktif secara bentuk maupun pengalaman
ruang yang ditawarkan. Oleh karena itu, kami sebagai Arsitek mencoba memberikan solusi hardware dengan mengajukan proposal
desain yang merespon masyarakat digital. Pada proposal desain ini, kami memberi makna yang
“kekinian” dengan unsur yang mengundang publik untuk berkunjung serta menggunakan
material yang kontemporer. Di sini, kami mengangkat unsur air sebagai benang merah konsep karena kami menilai air merupakan
media yang atraktif untuk mengundang perhatian publik.
Pendekatan urban desain mengacu pada
gagasan awal Ir Soekarno RI untuk menjadikan kawasan disekitar Monumen Nasional sebagai
simbol
peradaban dan pusat kebudayaan nasional. Oleh karena
itu, secara konteks kami mengacu pada Monas, sebagai DATUM yang
direspon secara lebih fundamental. Tidak hanya menyediakan garis imajiner, tetapi juga menyediakan public space pada
beberapa macam ketinggian seperti Teater, yang berada di atas gedung pameran temporer, serta sky lobby
di lantai tertinggi hotel.
Kemudian, kami juga memberikan respon berbeda untuk kawasan yang
memiliki 2 muka, yaitu Jalan Medan Merdeka Timur dan Sungai Ciliwung. Pada jalan yang menghadap Medan Merdeka Timur,
kami rancang sebuah reflecting ponds dan taman
depan dengan air mancur untuk memberikan keseimbangan. Sedangkan di area pinggir Sungai Ciliwung, dirancang public space
berupa promenade, serta amphiteater.
Untuk gubahan masa, kami membaginya menjadi dua katagori, yaitu gubahan
masa oval-fluida, serta gubahan yang rectangular.
Terdapat 3 bangunan yang kami rancang dengan batasan fluida, yaitu Gedung Teater
Nasional, Gedung Pameran Temporer 3, serta Gedung Teater Indoor. Ini membuat
kualitas yang dialami menjadi berbeda dari yang biasanya, yang berbentuk
kotak. Di lain pihak, bentuk rectangular
juga kami pertahankan pada beberapa bangunan seperti pada Pusat Data Gedung
Komersial, Covention Center, Lab,
Ruang Koleksi, serta Ruang Seminar. Bentuk yang rectangular, ditambah dengan ritme dari kolom-kolom baja di sisi
luar bangunan membentuk harmonisasi yang apik dengan Ruang Pameran Temporer,
yang notabene adalah bangunan cagar budaya.
Kami juga merancang dengan pendekatan
"WOW" Factor, yang memberikan
efek ketertarikan bagi masyarakat yang berkunjung, baik yang datang dari Jalan
Merdeka Selatan, maupun jalur Sungai Ciliwung. Kami melihat perlu adanya sebuah
landmark di Kota Jakarta. Kami harap, di masa datang, kompleks ini menjadi
sebuah destinasi pariwisata dari seluruh dunia. "WOW" Factor diterjemahkan dalam sebuah ruang
publik yang luas, unsur air yang menonjol, penggunan material yang reflektif,
seperti kaca ataupun baja, serta sky
experience. Khususnya pada bagian rooftop
Gedung Teater Nasional dan Gedung Pameran Temporer 3, serta sky lobby hotel, pengunjung bisa
menikmati Jakarta dari ketinggian yang berbeda-beda, serta mengapresiasi
kawasan Monas.
Beberapa preseden yang kami gunakan sebagai
referensi "WOW" Factor, antara
lain Reina Sofia Museum at Madrid, Louvre Lands at French, Kanazawa 21th Museum of Art at Japan, Jewish Museum at Berlin, Rolex Learning Center by SANAA at Switzerland, Vieux Port Paviliun by
Marsailles.
PROJECT CREDITS Office Budi Pradono Architects
Location Kompleks Galeri Nasional Jakarta Pusat
Design period August 2013
Type: National Competition 2013
Principal Architect: Budi Pradono
Assistant Architects: Anggita Yudhisty Zurman Nasution, Eka Feri Rudianto, Ajeng Nadia Ilmiani
Asistant architects supports: Rifandi Septiawan Nugroho, Destiana Ritaningsih, Stephen Lim, Laurencia Yoanita
Concept by Budi Pradono
Architect: Budi Pradono Architects (BPA)Principal Architect: Budi Pradono
Assistant Architects: Anggita Yudhisty Zurman Nasution, Eka Feri Rudianto, Ajeng Nadia Ilmiani
Asistant architects supports: Rifandi Septiawan Nugroho, Destiana Ritaningsih, Stephen Lim, Laurencia Yoanita
No comments:
Post a Comment