Thursday, May 8, 2014

The City Within the City Kota di dalam Kota (3)



The City Within the City 
Oswald Mathias Ungers, OMA, 
and The Project of The City as Archipelago

Ini adalah sebuah rangkuman atau catatan dan terjemahan bebas dari satu bab City inside the city dari buku "The Possibility of an absolute architecture" karya Pier Vitorio Aureli. yang diterbitkan oleo MIT press tahun 2011

Fokus utama dari bagian ini adalah untuk menyusun ulang proyek Ungers sebagai sebuah usaha untuk mendefinisikan arsitektur kota sebagai investasi dalam bentuk arsitektur. Dalam proyeknya, Ungers menyebutkan batas bentuk arsitektur sebagai kemungkinan “kota di dalam kota”, sebagai pemulihan ciri khas kota, seperti dimensi kolektif yang melekat, dialek alami, terbuat dari bagian yang terpisah, dan komposisi dari bentuk yang berbeda dan berlawanan, di dalam krisis urbanitas yang mempengaruhi banyak kota di akhir 1960-an dan 1970-an, dimana Berlin mendapat dampak yang paling ekstrim dan merupakan contoh paradigma.
            Formasi Unger sebagai seorang arsitek yang sesuai dengan salah satu masa paling sulit dalam sejarah Jerman. Setelah Perang Dunia II, Jerman tidak hanya menghadapi tugas untuk membangun kembali negaranya yang hancur karena perang, namun juga memperbaiki politik, kebudayaan, dan moral dari negara yang selama 12 tahun takluk kepada Nazi. Pembangunan kembali juga merupakan hal yang sulit karena Jerman merupakan pusat dari politik Perang Dingin. Kontraposisi ideologi dari Timur dan Barat mendorong rekonstruksi dengan momentum ideologi, yang dibuat oleh kedua belah pihak, melalui berbagai rencana dan kompetisi, mencontohkan proyek urban yang bentuk dan programnya diambil sebagai model untuk kota-kota lain di seluruh Jerman dan Eropa. Dua dari proyek yang paling diteladani dan unggul adalah Stalinallee di Timur, sebuah boulevard menakjubkan direncanakan di tahun 1952 oleh Hermann Henselmann, dan diselesaikan pada tahun 1960 sebagai pusat baru di Berlin Timur, ibukota Jerman Timur, dan The Hansa Ciertel Interbau di Barat, sebuah distrik kependudukan yang direncanakan pada tahun 1957 dan diselesaikan pada tahun 1961 sebagai pameran nasional dari proyek perumahan yang didesain oleh tokoh utama di arsitektur modern, termasuk Alvar Aalto, Walter Gropius, dan Oscar Niemeyer. Di samping mengutamakan sifat dialektis kota, kontraposisi formal dan ideologi dari proyek tersebut juga membuat jalan buntu eksplisit dalam mendefiniskan model baru untuk pembangunan kota kembali. Jika Stalinallee dikuatkan dengan pengutamaan monumental, tema dari boulevard sebagai imej utama kota, the Hansa Viertel dibuat dengan ekstrim yang ebrlawanan dengan imej tipe perumahan terpisah di lahan hijau. Hal ini mungkin akan menjadi pencarian untuk cara ketiga, melampaui dua arah ini, yang memotivasi usaha awal Ungers untuk menggarisbawahi prinsipnya untuk proyek kota.
Prinsip-prinsip tersebut pertama kali dibuat sebagai bagian dari proyek kota yang dikembangkan oleh Ungers pada tahun 1960-an: proposal pendirian Cologne Neue Stadt (1961-1964), Cologne Grunzug Sud (1962-1965) dan Berlin Markisches Viertel (1962-1967), dan pendaftaran kompetisi desain asrama siswa di Enschede, Belanda (1964). Pendekatan yang dilakukan Ungers dalam proyek-proyek tersebut sendiri ternyata menuai polemik. Bentuk bangunan yang rasional dan monumental dalam proyek-proyek tersebut dimaksudkan sebagai suatu bentuk kritik terhadap para modernis yang mendesain kota dengan cara menerapkan standar bangungan yang sudah ada, yang ternyata justru mengurangi peran arsitek dalam mendesain bangunan secara keseluruhan. Berbanding terbalik dengan perintah yang biasa diberikan pada proyek kota, prinsip utama yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan proposal-proposal tadi adalah konsep kompleks bangunan baru yang ternyata tidaklah sesederhana pelebaran kota namun lebih condong kepada bagian-bagian kota yang telah disusun dan menjadi suatu bentuk hasil karya tangan manusia yang, dalam kaitannya dengan susunan internal mereka, merupakan sesuatu yang membangkitkan ingatan tentang kota itu sendiri.
Proyek Cologne Neue Stadt, misalnya, merupakan suatu bentuk kritik langsung terhadap tata ruang kota yang dibuat oleh para modernis pada saat itu dimana papan-papan dan menara-menara dibangun di area yang masih hijau tanpa menciptakan bentuk bangunan yang mudah dikenal. Kompleks Ungers dianggap sebagai sederet menara-menara yang digunakan sebagai tempat tinggal, dengan tinggi yang berbeda-beda namun dibangun untuk membentuk suatu kesatuan bangunan. Denah yang khas pada setiap apartemen biasanya meliputi ruangan-ruangan khas yang dibangun di sekitar ruangan yang digunakan sebagai tempat tinggal utama. Susunan tersebut memberikan bentuk kepada menara-menara tadi, yang pada dasarnya merupakan bangunan yang menjulang dan berada pada area yang sama dan membantu memperlihatkan susunan kompleks secara keseluruhan baik dari segi bangun maupun ruang. Dengan susunan yang terbilang baru tersebut, Ungers meningkatkan fungsi ruang tamu dari yang tadinya sekedar sebuah ruangan di dalam apartemen menjadi suatu bentuk atrium tanpa koridor, dan menegaskan bentuk luar dari blok-blok bangunan sebagai sebuah susunan bangunan yang monumental. Menyinggung permainan cahaya dan bayangan yang dihasilkan oleh susunan bangunan yang unik tersebut, ungers mengartikan Neue Stadt proyek mereka sebagai sebuah pola dasar dari sebuah kota yang penuh dengan unsur ‘negatif dan positif’, yaitu kota dimana rasa dari sebuah bangunan yang merupakan susunan dari ruangan yang telah dibangun dan ruangan yang masih kosong menjadi motif bangunan yang paling utama.
Solusi ini merupakan upaya pertama yang dilakukan Ungers untuk memasukkan bentuk pendekatan ruangan kota tersebut ke dalam kompleks bangunan. Dia menggunakan pendekatan yang sama, meskipun dengan hasil yang kurang sukses, pada kompleks Markisches Viertel di Berlin dengan mengelompokkan program menara hunian yang telah ada untuk membentuk serangkaian halaman terbuka dengan bentuk yang tidak beraturan. Di Neue Stadt, dia mengusulkan untuk merubah pembagian apartment yang telah dilakukan dengan merubah bentuk atau posisi dari satu atau dua ruangan di setiap kolom apartemen yang ada. Prosedur ini menciptakan tensi antara kesederhanaan setiap bagian bangunan dengan kerumitan susunan ruangan yang tercipta dari susunan yang ada secara keseluruhan. Tensi ini dapat diartikan sebagai suatu bentuk kritik yang mutlak terhadap pemukiman kota paska perang yang dari segi ruang terkesan membosankan. Baik itu di Neue Stadt maupun di Markisches Viertel, Ungers menerima standar teknologi dan bentuk bangunan yang ada untuk kompleks-kompleks bangunan tersebut, namun dia merubah susunan bangunan yang ada untuk meningkatkan kemungkinan terciptanya bentuk yang monumental di ruangan-ruangan dimana susunan bangunan tersebut digunakan.
Kritik terhadap pemukiman kota paska perang tersebut terlihat jelas di proyek Ungers yang akan digunakan pada kompetisi asrama siswa Enschede di Belanda. Dia mendesain kompleks tersebut sebagai suatu bentuk katalog susunan bangunan mulai dari bentuk geometris yang meliputi segitiga, persegi, dan lingkaran. Serupa dengan skema-skema yang ia buat sebelumnya, metode desain yang satu ini berhasil menghasilkan bentuk ruangan yang kompleks dan membangkitkan ingatan tentang kota dimana bangunan tersebut dibangun dengan menggunakan perbendaharaan bentuk bangunan yang terbatas. Menyangkut masalah lokasi bangunan, yang berada di pinggiran kota di suatu provinsi, Ungers menolak pemikiran mengenai pemukiman kampus yang khas dimana pavilyun dibangun secara tersebar di area hijau dan Ungers mengusulkan diri untuk mendesain tambahan bangunan kampus yang baru yang berbentuk sebuah kota yang bisa menghidupi dirinya sendiri, yang bentuk ruangnya menyerupai susunan ruangan kompleks seperti yang terdapat di villa Hadrian, namun bentuk bangunannya menyerupai bentuk bangunan yang kasar ala Jean-Nicolas-Louis Durand.



No comments:

Post a Comment