The City Within the City
Oswald Mathias Ungers, OMA,
and The Project of The City as Archipelago
Ini adalah sebuah rangkuman atau catatan dan terjemahan bebas dari satu bab City inside the city dari buku "The Possibility of an absolute architecture" karya Pier Vitorio Aureli. yang diterbitkan oleo MIT press tahun 2011
Fokus utama dari bagian ini adalah untuk menyusun ulang proyek Ungers
sebagai sebuah usaha untuk mendefinisikan arsitektur kota sebagai investasi
dalam bentuk arsitektur. Dalam proyeknya, Ungers menyebutkan batas bentuk
arsitektur sebagai kemungkinan “kota di dalam kota”, sebagai pemulihan ciri
khas kota, seperti dimensi kolektif yang melekat, dialek alami, terbuat dari
bagian yang terpisah, dan komposisi dari bentuk yang berbeda dan berlawanan, di
dalam krisis urbanitas yang mempengaruhi banyak kota di akhir 1960-an dan
1970-an, dimana Berlin mendapat dampak yang paling ekstrim dan merupakan contoh
paradigma.
Formasi Unger sebagai
seorang arsitek yang sesuai dengan salah satu masa paling sulit dalam sejarah
Jerman. Setelah Perang Dunia II, Jerman tidak hanya menghadapi tugas untuk
membangun kembali negaranya yang hancur karena perang, namun juga memperbaiki
politik, kebudayaan, dan moral dari negara yang selama 12 tahun takluk kepada
Nazi. Pembangunan kembali juga merupakan hal yang sulit karena Jerman merupakan
pusat dari politik Perang Dingin. Kontraposisi ideologi dari Timur dan Barat
mendorong rekonstruksi dengan momentum ideologi, yang dibuat oleh kedua belah
pihak, melalui berbagai rencana dan kompetisi, mencontohkan proyek urban yang
bentuk dan programnya diambil sebagai model untuk kota-kota lain di seluruh
Jerman dan Eropa. Dua dari proyek yang paling diteladani dan unggul adalah
Stalinallee di Timur, sebuah boulevard menakjubkan direncanakan di tahun 1952
oleh Hermann Henselmann, dan diselesaikan pada tahun 1960 sebagai pusat baru di
Berlin Timur, ibukota Jerman Timur, dan The Hansa Ciertel Interbau di Barat,
sebuah distrik kependudukan yang direncanakan pada tahun 1957 dan diselesaikan
pada tahun 1961 sebagai pameran nasional dari proyek perumahan yang didesain
oleh tokoh utama di arsitektur modern, termasuk Alvar Aalto, Walter Gropius,
dan Oscar Niemeyer. Di samping mengutamakan sifat dialektis kota, kontraposisi
formal dan ideologi dari proyek tersebut juga membuat jalan buntu eksplisit
dalam mendefiniskan model baru untuk pembangunan kota kembali. Jika Stalinallee
dikuatkan dengan pengutamaan monumental, tema dari boulevard sebagai imej utama
kota, the Hansa Viertel dibuat dengan ekstrim yang ebrlawanan dengan imej tipe
perumahan terpisah di lahan hijau. Hal ini mungkin akan menjadi pencarian untuk
cara ketiga, melampaui dua arah ini, yang memotivasi usaha awal Ungers untuk
menggarisbawahi prinsipnya untuk proyek kota.
Prinsip-prinsip tersebut pertama kali dibuat sebagai bagian dari proyek
kota yang dikembangkan oleh Ungers pada tahun 1960-an: proposal pendirian
Cologne Neue Stadt (1961-1964), Cologne Grunzug
Sud (1962-1965) dan Berlin
Markisches Viertel (1962-1967), dan pendaftaran kompetisi desain asrama siswa
di Enschede, Belanda (1964). Pendekatan yang dilakukan Ungers dalam
proyek-proyek tersebut sendiri ternyata menuai polemik. Bentuk bangunan yang
rasional dan monumental dalam proyek-proyek tersebut dimaksudkan sebagai suatu
bentuk kritik terhadap para modernis yang mendesain kota dengan cara menerapkan
standar bangungan yang sudah ada, yang ternyata justru mengurangi peran arsitek
dalam mendesain bangunan secara keseluruhan. Berbanding terbalik dengan
perintah yang biasa diberikan pada proyek kota, prinsip utama yang digunakan
sebagai pedoman dalam pembuatan proposal-proposal tadi adalah konsep kompleks
bangunan baru yang ternyata tidaklah sesederhana pelebaran kota namun lebih
condong kepada bagian-bagian kota yang telah disusun dan menjadi suatu bentuk
hasil karya tangan manusia yang, dalam kaitannya dengan susunan internal
mereka, merupakan sesuatu yang membangkitkan ingatan tentang kota itu sendiri.
Proyek Cologne Neue Stadt, misalnya, merupakan
suatu bentuk kritik langsung terhadap tata ruang kota yang dibuat oleh para
modernis pada saat itu dimana papan-papan dan menara-menara dibangun di area
yang masih hijau tanpa menciptakan bentuk bangunan yang mudah dikenal. Kompleks
Ungers dianggap sebagai sederet menara-menara yang digunakan sebagai tempat
tinggal, dengan tinggi yang berbeda-beda namun dibangun untuk membentuk suatu
kesatuan bangunan. Denah yang khas pada setiap apartemen biasanya meliputi
ruangan-ruangan khas yang dibangun di sekitar ruangan yang digunakan sebagai
tempat tinggal utama. Susunan tersebut memberikan bentuk kepada menara-menara
tadi, yang pada dasarnya merupakan bangunan yang menjulang dan berada pada area
yang sama dan membantu memperlihatkan susunan kompleks secara keseluruhan baik
dari segi bangun maupun ruang. Dengan susunan yang terbilang baru tersebut,
Ungers meningkatkan fungsi ruang tamu dari yang tadinya sekedar sebuah ruangan
di dalam apartemen menjadi suatu bentuk atrium tanpa koridor, dan menegaskan
bentuk luar dari blok-blok bangunan sebagai sebuah susunan bangunan yang
monumental. Menyinggung permainan cahaya dan bayangan yang dihasilkan oleh
susunan bangunan yang unik tersebut, ungers mengartikan Neue Stadt proyek
mereka sebagai sebuah pola dasar dari sebuah kota yang penuh dengan unsur
‘negatif dan positif’, yaitu kota dimana rasa dari sebuah bangunan yang merupakan
susunan dari ruangan yang telah dibangun dan ruangan yang masih kosong menjadi
motif bangunan yang paling utama.
Solusi ini merupakan upaya pertama yang
dilakukan Ungers untuk memasukkan bentuk pendekatan ruangan kota tersebut ke
dalam kompleks bangunan. Dia menggunakan pendekatan yang sama, meskipun dengan
hasil yang kurang sukses, pada kompleks Markisches Viertel di Berlin dengan
mengelompokkan program menara hunian yang telah ada untuk membentuk serangkaian
halaman terbuka dengan bentuk yang tidak beraturan. Di Neue Stadt, dia
mengusulkan untuk merubah pembagian apartment yang telah dilakukan dengan
merubah bentuk atau posisi dari satu atau dua ruangan di setiap kolom apartemen
yang ada. Prosedur ini menciptakan tensi antara kesederhanaan setiap bagian
bangunan dengan kerumitan susunan ruangan yang tercipta dari susunan yang ada
secara keseluruhan. Tensi ini dapat diartikan sebagai suatu bentuk kritik yang
mutlak terhadap pemukiman kota paska perang yang dari segi ruang terkesan
membosankan. Baik itu di Neue Stadt maupun di Markisches Viertel, Ungers
menerima standar teknologi dan bentuk bangunan yang ada untuk kompleks-kompleks
bangunan tersebut, namun dia merubah susunan bangunan yang ada untuk
meningkatkan kemungkinan terciptanya bentuk yang monumental di ruangan-ruangan
dimana susunan bangunan tersebut digunakan.
Kritik terhadap pemukiman kota paska perang
tersebut terlihat jelas di proyek Ungers yang akan digunakan pada kompetisi
asrama siswa Enschede di Belanda. Dia mendesain kompleks tersebut sebagai suatu
bentuk katalog susunan bangunan mulai dari bentuk geometris yang meliputi
segitiga, persegi, dan lingkaran. Serupa dengan skema-skema yang ia buat
sebelumnya, metode desain yang satu ini berhasil menghasilkan bentuk ruangan
yang kompleks dan membangkitkan ingatan tentang kota dimana bangunan tersebut
dibangun dengan menggunakan perbendaharaan bentuk bangunan yang terbatas.
Menyangkut masalah lokasi bangunan, yang berada di pinggiran kota di suatu
provinsi, Ungers menolak pemikiran mengenai pemukiman kampus yang khas dimana
pavilyun dibangun secara tersebar di area hijau dan Ungers mengusulkan diri
untuk mendesain tambahan bangunan kampus yang baru yang berbentuk sebuah kota
yang bisa menghidupi dirinya sendiri, yang bentuk ruangnya menyerupai susunan
ruangan kompleks seperti yang terdapat di villa Hadrian, namun bentuk
bangunannya menyerupai bentuk bangunan yang kasar ala Jean-Nicolas-Louis
Durand.
No comments:
Post a Comment