Thursday, May 8, 2014

The City Within the City, Kota di dalam kota (4)

Gabungan antara volume bangunan sederhana yang menyusun dan membingkai serangkaian ruangan menciptakan bentuk bangunan yang radikal yang bisa dianggap sebagai proyek desain kota yang resmi milik Ungers: Cologne Grunzug Sud. Jika susunan volume yang unik di Neue Stadt, Markisches Viertel, dan Enschede menjadi bentuk kritik terhadap pola ruangan yang terus dipakai berulang-ulang di denah kota yang dibuat oleh modernis, proposal untuk daerah hunian di Grunzug Sud, yang dia tunjukkan di pertemuan Team Ten di Berlin pada tahun 1966, bisa dilihat sebagai kritik menyangkut salah satu pilihan alternatif paling simbolis yang dilontarkan Ungers terhadap desain kota yang dibuat oleh modernis kala itu yaitu megastructure atau susunan bangunan yang besar.
Pada saat proyek tersebut dikerjakan, Grunzug Sud merupakan daerah pinggiran kota yang tidak memiliki ciri khas kota maupun bangunan yang membuatnya istimewa. Alasan awal merubah bentuk kawasan tersebut yaitu karena Autobahn yang baru saja dibangun menghubungkan ring road atau jalan lingkar di kota tersebut dengan Bonn. Bukannya mendesain kompleks baru seperti Neue Stadt atau  Markisches Viertel, Ungers justru menganggap proyek ini sebagai perubahan lokasi bangunan yang bertahap setelah membaca ulang dan menganalisis secara sistematis bentuk lokasi bangunan yang terlihat agak biasa. Ungers melihat arah dari jalan utama di daerah tersebut sebagai satu bagian yang dapat ia gunakan untuk menganalisis bentuk kota. Dengan analisis tersebut, ia merubah kumpulan ruangan dan gedung yang beranekaragam di kota tersebut menjadi susunan bangunan yang linier dan beranekaragam serta memiliki makna yang jelas yang tercipta dari adanya bentuk bangunan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.

Pendekatan tersebut tidak bergantung pada kontekstualisme mimetis, namun, mengadopsi bentuk bangunan yang abstrak dan kasar. Apa yang diperhitungkan oleh Ungers dari susunan kota yang telah ada bukanlah elemen yang khas dengan daerah tersebut akan tetapi elemen bangunan yang paling abstrak yang dapat ia temukan di serangkaian ruang terbuka dan tertutup, ritme yang ada pada tembok bangunan, serta efek volumetrik dari dinding pelindung api, serta kebersambungan bagian muka bangunan dengan pola yang digunakan secara berulang-ulang pada pintu dan bagian yang terbuka pada dinding bangunan.
Elemen-elemen formal tersebut berhasil dirubah menjadi susunan kasar pada perumahan yang baru dan berkat hal tersebut, jati diri kota yang tadinya tersembunyi di lokasi bangunan tersebut bisa dibuat menjadi terlihat jelas dan mudah dipahami. Salah satu contohnya yaitu bentuk linier dari barisan rumah yang tadinya terpisah-pisah bisa digabungkan kembali berkat adanya irama yang beranekawarna yang dihasilkan oleh rumah-rumah yang baru.
Strategi ini diilustrasikan dalam papan presentasi proyek tersebut dimana keseluruhan denah Grunzug Sud dibuat sebagai susunan linier dari enam bagian berbeda. Setiap bagian lalu diilustrasikan tanpa gambar bagian baru yang telah diintervensi, namun dengan foto elemen-elemen yang tadinya memang sudah ada. Foto-foto yang diperlihatkan menunjukkan situasi ruangan yang biasa saja yang meliputi tampilan jalan, barisan gedung yang memiliki sela, tembok pelindung api, gang, halaman terbuka, dan foto-foto yang ditunjukkan juga memperlihatkan ketidakberlanjutan ruang di kota tersebut sebagai bentuk bangunan utama dalam proyek tersebut. Tensi bangunan antara bangunan yang tadinya sudah ada dengan bangunan yang baru saja dibangun menunjukkan bahwa situasi yang ada merupakan titik awal proyek tersebut dan selain itu, hal tersebut juga menunjukan tensi bangunan kota yang bersifat konstitutif yang meliputi dialektika antara otonomi bangun dan ruang di setiap bagian yang tidak bisa diperkecil lagi serta kemungkinan adanya pemahaman berbagai bagian berbeda pada satu bangunan yang saling berhimpitan, sebagai bagian dari suatu kota. Di Grunzug Sud, tensi dialektis tersebut secara sengaja dirubah menjadi sesuatu yang bersifat radikal.
Jika koherensi bangunan yang dihasilkan oleh megastructure memasukkan seluruh kota kedalam satu ‘bangunan’ yang dapat meluas secara terus menerus, susunan linear Grunzug Sud tidak hanya mengisyaratkan bahwa kota tersebut merupakan susunan dialektis dari hasil karya manusia yang besar namun terbatas, namun juga mengisyaratkan bahwa bangunan yang ada di dalam hasil karya manusia tersebut sebagai bagian-bagian yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangunan yang ada di dalamnya mencerminkan keadaan terpisah yang memberikan karakter pada bentuk kota dan, pada dimensinya sendiri yang terbatas, mewakili kota tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada pewujudan proyek tersebut, ‘kota di dalam kota’ karya Ungers bukan merupakan penciptaan sebuah desa yang indah yang bertolak belakang dengan terpecahnya kota menjadi banyak bagian, namun merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk menggambarkan bentuk kota yang terpecah dari bagian dalam bangunan yang ada di dalam kota dan merupakan hasil karya manusia itu sendiri. Grunzug Sud tidaklah dibangun, namun merupakan sesuatu yang memberikan gagasan yang nantinya menjadi dasar dari pembelajaran yang dilakukan Ungers tentang Berlin.

No comments:

Post a Comment