Gabungan antara volume bangunan sederhana yang
menyusun dan membingkai serangkaian ruangan menciptakan bentuk bangunan yang
radikal yang bisa dianggap sebagai proyek desain kota yang resmi milik Ungers:
Cologne Grunzug Sud. Jika susunan volume yang unik di Neue Stadt, Markisches
Viertel, dan Enschede menjadi bentuk kritik terhadap pola ruangan yang terus
dipakai berulang-ulang di denah kota yang dibuat oleh modernis, proposal untuk
daerah hunian di Grunzug Sud, yang dia tunjukkan di pertemuan Team Ten di
Berlin pada tahun 1966, bisa dilihat sebagai kritik menyangkut salah satu
pilihan alternatif paling simbolis yang dilontarkan Ungers terhadap desain kota
yang dibuat oleh modernis kala itu yaitu megastructure atau susunan bangunan
yang besar.
Pada saat proyek tersebut
dikerjakan, Grunzug Sud merupakan daerah pinggiran kota yang tidak memiliki
ciri khas kota maupun bangunan yang membuatnya istimewa. Alasan awal merubah
bentuk kawasan tersebut yaitu karena Autobahn yang baru saja dibangun
menghubungkan ring road atau jalan lingkar di kota tersebut dengan Bonn.
Bukannya mendesain kompleks baru seperti Neue Stadt atau Markisches Viertel, Ungers justru menganggap
proyek ini sebagai perubahan lokasi bangunan yang bertahap setelah membaca
ulang dan menganalisis secara sistematis bentuk lokasi bangunan yang terlihat
agak biasa. Ungers melihat arah dari jalan utama di daerah tersebut sebagai
satu bagian yang dapat ia gunakan untuk menganalisis bentuk kota. Dengan
analisis tersebut, ia merubah kumpulan ruangan dan gedung yang beranekaragam di
kota tersebut menjadi susunan bangunan yang linier dan beranekaragam serta
memiliki makna yang jelas yang tercipta dari adanya bentuk bangunan yang
berbeda-beda satu dengan lainnya.
Pendekatan tersebut tidak
bergantung pada kontekstualisme mimetis, namun, mengadopsi bentuk bangunan yang
abstrak dan kasar. Apa yang diperhitungkan oleh Ungers dari susunan kota yang
telah ada bukanlah elemen yang khas dengan daerah tersebut akan tetapi elemen
bangunan yang paling abstrak yang dapat ia temukan di serangkaian ruang terbuka
dan tertutup, ritme yang ada pada tembok bangunan, serta efek volumetrik dari
dinding pelindung api, serta kebersambungan bagian muka bangunan dengan pola yang
digunakan secara berulang-ulang pada pintu dan bagian yang terbuka pada dinding
bangunan.
Elemen-elemen
formal tersebut berhasil dirubah menjadi susunan kasar pada perumahan yang baru
dan berkat hal tersebut, jati diri kota yang tadinya tersembunyi di lokasi
bangunan tersebut bisa dibuat menjadi terlihat jelas dan mudah dipahami. Salah
satu contohnya yaitu bentuk linier dari barisan rumah yang tadinya terpisah-pisah
bisa digabungkan kembali berkat adanya irama yang beranekawarna yang dihasilkan
oleh rumah-rumah yang baru.
Strategi
ini diilustrasikan dalam papan presentasi proyek tersebut dimana keseluruhan
denah Grunzug Sud dibuat sebagai susunan linier dari enam bagian berbeda.
Setiap bagian lalu diilustrasikan tanpa gambar bagian baru yang telah
diintervensi, namun dengan foto elemen-elemen yang tadinya memang sudah ada.
Foto-foto yang diperlihatkan menunjukkan situasi ruangan yang biasa saja yang
meliputi tampilan jalan, barisan gedung yang memiliki sela, tembok pelindung
api, gang, halaman terbuka, dan foto-foto yang ditunjukkan juga memperlihatkan
ketidakberlanjutan ruang di kota tersebut sebagai bentuk bangunan utama dalam
proyek tersebut. Tensi bangunan antara bangunan yang tadinya sudah ada dengan
bangunan yang baru saja dibangun menunjukkan bahwa situasi yang ada merupakan
titik awal proyek tersebut dan selain itu, hal tersebut juga menunjukan tensi
bangunan kota yang bersifat konstitutif yang meliputi dialektika antara otonomi
bangun dan ruang di setiap bagian yang tidak bisa diperkecil lagi serta
kemungkinan adanya pemahaman berbagai bagian berbeda pada satu bangunan yang
saling berhimpitan, sebagai bagian dari suatu kota. Di Grunzug Sud, tensi
dialektis tersebut secara sengaja dirubah menjadi sesuatu yang bersifat
radikal.
Jika
koherensi bangunan yang dihasilkan oleh megastructure memasukkan seluruh kota
kedalam satu ‘bangunan’ yang dapat meluas secara terus menerus, susunan linear
Grunzug Sud tidak hanya mengisyaratkan bahwa kota tersebut merupakan susunan
dialektis dari hasil karya manusia yang besar namun terbatas, namun juga
mengisyaratkan bahwa bangunan yang ada di dalam hasil karya manusia tersebut
sebagai bagian-bagian yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangunan yang ada di
dalamnya mencerminkan keadaan terpisah yang memberikan karakter pada bentuk
kota dan, pada dimensinya sendiri yang terbatas, mewakili kota tersebut.
Seperti yang ditunjukkan pada pewujudan proyek tersebut, ‘kota di dalam kota’
karya Ungers bukan merupakan penciptaan sebuah desa yang indah yang bertolak
belakang dengan terpecahnya kota menjadi banyak bagian, namun merupakan sebuah
upaya yang dilakukan untuk menggambarkan bentuk kota yang terpecah dari bagian
dalam bangunan yang ada di dalam kota dan merupakan hasil karya manusia itu
sendiri. Grunzug Sud tidaklah dibangun, namun merupakan sesuatu yang memberikan
gagasan yang nantinya menjadi dasar dari pembelajaran yang dilakukan Ungers
tentang Berlin.
No comments:
Post a Comment