Monday, January 11, 2010

Belajar dari Kandangan, In Conversation with Singgih_Magno_Kartono

Ditengah gerimis di akhir tahun 2009, saya menyempatkan diri menyusup melintasi jalan dengan pepohonan yang rindang menuju desa kecil Kandangan, di daerah Temanggung Jawa Tengah. Menemui seorang kawan, Singgih Kartono yang kreatif, bersahaja, sekaligus visioner. Seseorang yang berhasil menyulap mentalitas warga sekitar Kandangan, menciptakan magno wooden radio, sekaligus menanam pohon. Delapan pohon ditanam setiap satu buah radio kayu yang diproduksi. Radio kayu yang sangat minimalis, dengan kayu sonokeling hitam, diadu dengan kayu pinus dengan warna yang coklat muda. Jalan panjang yang dipilih Singgih untuk kembali ke desa dan membangunkan masyarakat yang tertidur di sekitarnya untuk kemudian dilirik mayarakat London dan Tokyo soal tanggungjawab moral pada bumi, maupun pada pepohonan di sekitarnya.
Studionya terhitung sangat rindang dengan beberapa pohon besar yang memang dipertahankan terdiri dari dua lantai bangunan dengan bata exposed. sisanya berupa besi hollow yang ringan yang di cat putih. Kami diajak berdiskusi di lantai dua dengan sebuah mac putih dan beberapa buku yang berada di rak mas Singgih asik mengutak -atik desain, dengan kaca lebar yang luas setiap saat dia bisa melihat rumahnya yang juga didesain sendiri sangat minimal sejalan dengan ide-ide rancangan produknya.
Tahun 2009 ini Magno wooden radio karya mas Singgih mendapatkan penghargaan Brit Insurance Design of the Year dari The Design Museum London. Dengan dewan jury yang terdiri dari Alan Yentob, Paola Antonelli, Karen Blincoe, kritisi fashion Sarah Mower, dan arsitek Peter Cook. Dengan produk lokal, dikerjakan oleh tangan daerah, melakukan penanaman kembali, dijual di seluruh dunia secara online Singgih berhasil menawarkan beberapa hal secara sekaligus, ekoproduct, sustainability dan glocal. radio mungil magno ini selain dapat menangkap siaran radio FM dan AM sekaligus dapat disambung dengan MP3 maupun Ipod.
Ngobrol dengan Mas Singgih sore itu ditemani juga istrinya Sri Wahyuni, telah menginspirasi saya.

Sekali lagi selamat buat mas Singgih, saya telah belajar banyak dari Kandangan. (Budi Pradono)