Sebentang Nusa
Merupakan kantor lembaga penjamin simpanan Ibukota negara yang dibangun di Ibu Kota Negara untuk menunjang lembaga keuangan di Indonesia. Bangunan ini di desain dengan menerapkan konsep arsitektur kota yang dimana dapat menyesuaikan dengan desain masterplan dan pengembangan perancangan kawasan IKN, tidak hanya itu desain ruang luar menerapkan onsteks smart city urban forest dengan tujuan dapat meredam polusi suara dan udara.Design pada bangunan ini juga memiliki konektivitas dengan transportasi kota dan memberikan akses pejalan kaki yang nyaman.
Konsep Green Building
Dalam mendesain gedung LPS ini konsep yang ingin dihadirkan dalam bangunan sendiri dihubungkan dengan konsep desain kota IKN yang mengerucut pada konsep forest city dimana konsep ini berhubungan dengan konsep kota yang diselaraskan dan dikombinasikan dengan alam khususnya hutan. Untuk menghubungkan konsep forest city sendiri diambilah konsep green building sebagai konsep utama dalam bangunan untuk menghadirkan bangunan yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak buruk yang dapat dihasilkan bangunan terhadap lingkungan. Konsep ini dapat mendukung pengurangan penggunaan energi listrik serta pengurangan penggunaan alat pendingin ruangan yang dapat berpotensi dalam melepaskan emisi karbon ke lingkungan. Yang mana emisi karbon tentunya dapat sangat berbahaya pada lingkungan itu sendiri. Untuk mendukung konsep ini bangunan menggunakan elemen inner garden dan penggunaan konsep cross ventilation untuk mengurangi beban pendingin dalam ruangan yang dapat sekaligus digunakan sebagai view untuk bangunan itu sendiri. Selain itu konsep pasif energi juga didukung melalui penciptaan bangunan bermassa kubus dengan ukuran 30m, yang memungkinkan pemasukan cahaya natural kedalam bangunan untuk membantu mengurangi penggunaan artificial light sehingga dapat membantu pengurangan konsumsi energi untuk lighting.
Konsep Desain
Konsep forest city digunakan pada bangunan ini digunakan sebagai bentuk respon desain yang akan dilakukan pada pembangunan IKN itu sendiri, dimana konsep ini merupakan bentuk penyelarasan bangunan untuk membantu mengurangi dampak bangunan pada alam. Bangunan didesain untuk mendukung keberlanjutan untuk mengurangi kerusakan alam yang dapat menyebabkan perubahan iklim, polusi, dan bencana alam. Untuk itu di gunakanlah konsep green building.
Untuk pengerucutan dari konsep desain bangunan sebagai bangunan hijau, bangunan LPS didesain dengan menciptakan beberapa elemen seperti elemen terasan pada bangunan sebagai passive cooling dan shading pada bangunan, cross ventilation, inner garden, kinetic facade, dan terrace massing. Sistem passive cooling dan shading, konsep untuk pendinginan pasif dalam bangunan dihadirkan dengan menciptakan elemen shading pada bangunan melalui penciptaan massa bangunan yang memiliki sky terrace dimana pola massa bangunan disusun secara zig zag untuk menghadirkan elemen sky terrace yang dapat difungsikan menjadi sky garden untuk shading dan cooling bangunan, selain sebagai sistem pendingin sendiri elemen ini dapat menjadi elemen relaksasi bangunan bagi karyawan yang bekerja dalam bangunan. Sistem pendingin lain yang digunakan dalam bangunan adalah cross ventilation dimana sistem ini merupakan sistem yang digunakan untuk menciptakan kedinamisan aliran udara panas dan udara dingin dalam bangunan.
Sistem ini dihadirkan dengan menciptakan bukaan bangunan yang dapat dibuka dan ditutup untuk mendukung pengaliran udara alami dalam bangunan, udara dingin mengalir masuk ke dalam bangunan lalu keluar bersama udara panas melalui sisi ventilasi pada arah berlawanan. Sistem ini selain mendukung untuk sistem pendinginan bangunan namun juga dapat mengurangi konsumsi energi untuk penggunaan pendingin (AC) dalam ruangan.
Untuk konsep lain dari passive energy, bangunan didesain menggunakan 3 massa utama yaitu 14 lantai paling belakang, 7 lantai belakang, dan 5 lantai dengan masing-masing lebar bangunan max. 30 meter sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam bangunan dengan optimal. Konfigurasi massa mengusung konsep in between yang terdapat inner garden diantara bangunan sehingga dapat mengoptimalkan sirkulasi aliran udara juga sebagai pendingin kawasan sekaligus komunikasi sosial antar pengguna. Konsep ini juga turut membentuk aksesibilitas konektivitas antar ketiga bangunan, dengan akses kendaraan yang dapat dijangkau dari ketiga sisi dengan pemisahan akses sepeda, juga terdapat adanya corner plaza sebagai penghubung pejalan kaki dan public transportation shelters dari sisi timur dan barat.
Konsep Massing
Pada bangunan ini gubahan massa dengan tinggi bangunan hanya 7 level tidak menciptakan landmark.Gedung-gedung tampak setara,tidak ada hirarki dan tidak menjadi landmark suatu tempat.Maka dari itu gubahan massa dibuat menjadi 3 bagian, 14 lantai paling belakang, 7 lantai belakang, dan 5 lantai area depan.Tampak saling bersaing menjadi hirarki dan menjadi sebuah landmark. Tidak hanya itu, bangunan ini juga memiliki bentuk dasar basic box yang memudahkan konstruksi dan sangat efisien dalam pembangunan 6 bulan. Secondary skin yang diterapkan merupakan struktur independen membuat sejuk ruangan serta dibuat secara mengelilingi bangunan serta melebihi tinggi sesungguhnya sehingga menciptakan sebuah landmark. Tanaman palem & tanaman perdu digunakan sebagai lambang dari penghijauan pada daerah ini,pohon yang ditanam juga merupakan pohon yang mudah tumbuh dan minim perawatan.
Respon Desain
Untuk merespon kondisi lahan site berkontur dan berada pada area lahan gambut, desain dari pondasi bangunan sendiri diadaptasikan untuk menyesuaikan site dengan menggunakan kayu besi kalimantan atau ulin sebagai salah satu elemen pondasi bangunan. Lahan gambut memiliki karakteristik tanah yang cukup lunak, dimana pada dasarnya memang kurang cocok dijadikan sebagai sebuah dasar pondasi untuk pendirian bangunan karena memiliki potensi terjadinya kegagalan konstruksi pada bangunan. Untuk itu kayu ulin digunakan sebagai elemen pancang yang dapat membantu menyokong pondasi tradisional bangunan dikombinasikan dengan raft foundation untuk mengurangi penurunan tekanan tanah. Respon lain yang ada pada bangunan sendiri merupakan penggunaan elemen kolom pilotis dan hanging platform sehingga bangunan dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan site yang berada pada area lahan berkontur.
Untuk Konfigurasi antar massing bangunan sendiri dibuat saling berjarak dengan inner garden ditengah diantara ketiga massa bangunan. Hal tersebut dirancang sebagai bentuk respon pasif energi guna cahaya dan sirkulasi udara dapat masuk dan mengalir kedalam bangunan dengan optimal sehingga dapat mereduksi thermal dalam bangunan secara alami juga mengurangi beban penggunaan energi pada bangunan hal ini juga didukung dengan penghadiran elemen green roof dan green facade.
Fasad
Fasad pada bangunan menerapkan strategi yang berkaitan dengan pasif energy. Dengan dynamic skin yang terbuat dari material perforated aluminium dapat menahan panas matahari dengan efektif tidak hanya itu dalam pemasangannya pun dapat dilakukan dengan cepat. Material Fasad menggunakan material perforated berwarna orange sebagai representasi dari lambang atau logo dari LPS. Kinetic facade terdiri dari alumunium berbentuk segi enam sebagai simbol kerja keras. Green facade juga terdapat di beberapa lantai bangunan dengan memberikan planter box yang dapat mereduksi panas yang berlebih masuk kedalam bangunan dan menjadikan bangunan menjadi lebih sejuk. Konfigurasi massa bangunan dibagian podium menciptakan teras di beberapa lantai sebagai area rileks sehingga karyawan (user) lebih produktif dalam bekerja.
Project Credit
Sebentang Nusa, LPS
Lokasi : Penajam Paser Utara
Design Phase : 2023
Type : Sayembara, Gedung pemerintahan
Architect : Budiyanto Pradono
Firm : Budi Pradono Architect
Project Architect in Chief : Budiyanto Pradono
Assistant Architect : Sigit Ashar Setyoaji, Muhammad Fadhil Hasairin, Disya Arleini