Friday, July 28, 2017

dua jam menengok Menara Kapsul




 We used to consider things that could live forever to be beautiful.

But this way of thinking has been exposed as a lie.

True beauty lies in things that die, things that change.
-Kisho Kurokawa

 © Chandra Tri Adiputra



Tokyo, 25 Mei 2017

Sudah pukul 8 malam dan mulai gerimis. Kami masih dalam perjalanan subway dari Stasiun Ryogoku ke Tsukijishijo, untuk bertemu Masato Abe.

Masato-san adalah pemilik salah satu unit kapsul di Nakagin Capsule Tower. Awalnya kami berencana menginap semalam di kapsul miliknya, yang disewakan lewat situs Airbnb dengan tarif ¥15.000 per malam. Lewat chat di app Airbnb, kami sampaikan bahwa kami tertarik untuk berkunjung ke Nakagin, salah satu ikon arsitektur metabolisme yang cukup terkenal. Namun, Masato-san menjelaskan kalau sekarang kami sudah tidak bisa menginap karena ada komplain dari para tetangga. Sebagai gantinya, Masato-san menawarkan untuk memberi kami tur singkat tanpa harus menginap. Kami pun mengiyakan kesempatan langka ini.

Pukul 8.15 kami sampai di Nakagin. Ada dua tower A dan B yang berlantai 13 dan 11 plus 1 lantai basement. Kami diajak masuk melewati lobby, Masato-san memberi salam ke seorang bapak di meja resepsionis, naik lift yang masih berfungsi baik ke lantai 10 tower B, ke kapsul milik Masato-san : B1004.

© Stephanie Monieca

Di dalam kapsul, kami mengambil foto sambil mendengarkan penjelasan dari Masato-san mengenai Nakagin, diawali dengan fakta bahwa Nakagin adalah model pertama dari hotel kapsul yang sekarang menjamur di seluruh Jepang.
Nakagin Capsule Tower selesai dibangun di distrik Ginza pada 1972. Waktu pembangunan cukup singkat, karena setiap kapsul sudah diprefabrikasi di pabrik railroad vehicle di Prefektur Shiga. Masing-masing kapsul diangkat dengan crane dan dipasang ke core bangunan manggunakan 4 buah baut mutu tinggi. Kapsul dibentuk dari truss baja ringan yang dilas, dibungkus dengan panel baja galvanis, dicat anti karat, dan disemprot kenitex (plastik tahan air).
    

© Kisho Kurokawa, architect & associates

Dari kabinet yang penuh mengisi salah satu sisi ruangan dan laci di bawah tempat tidur, Masato-san mengeluarkan setumpuk poster dan buku koleksinya. Semua tentang Nakagin. Mengagumkan. Bukan hanya itu, ia juga menunjukkan berbagai artwork bertema Nakagin : lego, boneka flanel, sulaman cross stitch, dan yang paling cantik : lampu berbentuk maket Nakagin Capsule Tower, yang dulunya diberikan pada penghuni sebagai merchandise.

© Stephanie Monieca

Di poster-poster iklan jadul, terlihat kalau target pengguna kapsul ini adalah 'modern businessman' : para komuter yang bekerja di Tokyo. Kapsul ini didesain sebagai rumah sementara bagi para pekerja agar tidak harus menghabiskan waktu pulang pergi setiap hari. Pada 1970 dipasarkan dengan harga ¥3.400.000 per kapsul dan terjual habis dalam 6 bulan.

© Nakagin Co.

Ukuran setiap kapsul 2.3 (w) x 3.8 (d) x 2.1 (h) meter dengan satu jendela Plexiglass bulat fixed berdiameter 1.3 meter. Dengan luasan kapsul yang luar biasa kecil, setiap senti diperhitungkan untuk bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sangat efisien dan ergonomis, sama sekali tidak ada ruang yang tidak terpakai.
    

© Kisho Kurokawa, architect & associates

Modul-modul kabinet built-in bisa di-custom sesuai kebutuhan pemilik unit kapsul. Kapsul B1004 dilengkapi lemari es, televisi, dan semacam jam digital; sisanya difungsikan sebagai storage. Tapi sebenarnya pemilik bisa memilih kelengkapan lain seperti telepon, radio, stove, dan bahkan reel to reel tape deck yang sangat up-to-date pada zamannya.

© Stephanie Monieca

Salah satu pintu kabinet penyimpanan bisa dilipat ke bawah dan digunakan sebagai meja. Bila sedang tidak digunakan, bisa dilipat kembali ke atas supaya tidak menghabiskan ruang.
    

© Chandra Tri Adiputra

Masato-san lalu menarik keluar laci penyimpanan dari bawah tempat tidur. Dan yang membuat kami 'surprise', pada laci pertama terpasang tali tambang untuk menarik keluar laci kedua yang posisinya lebih dalam. Di dalamnya tersimpan selimut hijau asli yang dulu diberikan Nakagin untuk para pemilik kapsul.

© Stephanie Monieca

Area dapurnya sangat compact. Sink bisa ditutup saat tidak digunakan dan ada lemari es built-in ukuran mini yang masih berfungsi. Ada opsi untuk menambah stove, tapi pemilik sebelumnya tidak mengambil opsi ini. Memasak masakan heboh nampaknya tidak dipandang sebagai bagian lifestyle masa depan.

© Chandra Tri Adiputra

Kamar mandinya sangat kecil (sekitar 1.7 x 1.1 meter, kurang lebih sama dengan kubikel toilet di mall!) tapi sangat ergonomis, materialnya washable plastic yang dicetak. Tetap ada bathtub sebagai bagian dari lifestyle orang Jepang.


Keringat kami bercucuran. Di dalam kapsul terasa panas dan pengap. Beberapa kali Masato-san membuka-tutup pintu. Karena jendela tidak bisa dibuka, tidak ada pengudaraan alami. Selain itu, sistem pengudaraan sentral Nakagin Tower sudah tidak bisa difungsikan karena ducting sudah rusak di beberapa tempat dan dikhawatirkan sudah terkontaminasi asbestos. Nakagin masih menggunakan asbestos sebagai insulasi dan fire protection, tepat sebelum pada 1975 asbestos dinyatakan berbahaya bagi kesehatan.

Beberapa kenyataan membuat kami miris. Pada 2007, mayoritas pemilik unit Nakagin memilih untuk meruntuhkan bangunan ini. Ironis. Nakagin yang pada 1972 begitu mengejutkan dunia arsitektur dan meraih berbagai pujian, hingga memproklamirkan nama Kisho Kurokawa sebagai seorang bintang; sekarang telah kehilangan rasa cinta dari publik.

© bdonline.co.uk

Pemanfaatan lahannya dianggap kurang maksimal untuk area Ginza yang memiliki nilai properti sangat tinggi (sekitar ¥30.000.000-40.000.000 per sqm). Bangunan ini juga minim perawatan : kebocoran yang sudah mulai terjadi sejak 1980, pipa-pipa yang berkarat dan bocor tidak bisa diganti baru karena posisinya sulit dijangkau. Aliran air panas sudah dimatikan sejak 2010 karena pipa-pipa yang rusak. Penghuni bisa mandi air panas di kamar mandi komunal di lantai dasar atau memasang pemanas air sendiri.

Oleh Kisho Kurokawa, setiap kapsul direncanakan untuk diganti baru setiap 25 tahun. Namun sayangnya ini tidak berjalan sesuai rencana. Tidak ada lagi perusahaan yang memproduksi kapsul. Selain itu, akan sulit untuk mengganti kapsul yang berada di lantai bawah tanpa terlebih dahulu melepas kapsul-kapsul di lantai atas. Dengan kata lain, kapsul-kapsul ini mungkin baru bisa diganti bila dilakukan secara keseluruhan, tidak bisa satu per satu. Perkiraan dana untuk restorasi adalah sekitar ¥8.000.000 per kapsul atau ¥1.200.000.000 untuk semua kapsul.

Masato-san bercerita, pada tahun ini masih ada sekitar 20 dari total 140 kapsul yang difungsikan sebagai tempat tinggal atau bekerja. Sisanya ada yang difungsikan sebagai gudang atau dibiarkan kosong dan rusak.

 © Ana Luisa Soares and Filipe Magalhães, © John Enos

Masato-san-san bukan seorang arsitek. Semua riset dan koleksinya ia kumpulkan karena jatuh cinta pada bangunan yang terancam diruntuhkan ini. Pada tahun 2014, Masato-san memulai projek Save Nakagin Capsule Tower. Tujuannya adalah mengumpulkan donasi dari seluruh dunia untuk membeli kapsul-kapsul yang tersisa dan merestorasi Nakagin Capsule Tower.

Laman Facebook Save Nakagin Capsule Tower Project


Pukul 10 malam kami keluar dari Nakagin, beramitan dengan Masato-san. Hujan makin deras. Orang-orang berpakaian rapi berjalan cepat menembus hujan dengan payung di tangan. Kami menyeberang jalan ke Stasiun Shimbashi. Menengok ke belakang, Nakagin masih terlihat dari jembatan penyeberangan. Siluetnya yang unik, jendela-jendelanya yang gelap.

Begitu banyak celaan terhadap Kisho Kurokawa dan Nakagin Capsule Tower : kesalahan perencanaan, kegagalan arsitektur, kerugian besar para pemilik kapsul, bahaya tertimpa puing bagi para pengguna jalan. Saat ini, nasib Nakagin masih tidak pasti.

Tapi kami, seperti juga Masato-san, tetap saja kagum pada kejeniusan Kisho Kurokawa. 45 tahun silam, Beliau sudah mampu merealisasikan bangunan yang kelak akan menginspirasi banyak karya lainnya, seperti hunian kapsul dan arsitektur prefabrikasi. Kisho Kurokawa berani untuk berinovasi dan mewujudkan visinya akan arsitektur masa depan. Di masa sekarang, perubahan dan perkembangan terjadi setiap saat, begitu pesat. Siapa yang bisa memperkirakan apa yang mungkin terjadi 20, atau 30, atau 40 tahun mendatang?

Berinovasi dan gagal seperti Kisho Kurokawa mungkin tetap lebih baik daripada diam dan sama sekali tidak berusaha mencari sesuatu yang baru. Sepanjang peradaban, manusia selalu belajar dari kegagalan.

 

Stephanie Monieca