Sunday, November 24, 2024

Niew Batavia by Budipradono Architects

        Taman Kota Intan berada di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Administrasi Jakarta Barat. Taman Kota Intan merupakan bagian penting dari Kawasan Cagar Budaya Kota Tua Jakarta. Kawasan Kota Intan menjadi penting, karena posisinya berada pada gerbang kota Batavia pada masa lalu, tepatnya di Sub Kawasan Kali Besar Utara. Kawasan Kota Intan pernah menjadi kawasan elit dengan posisi berada tepat di bantaran sungal ciliwung yang menjadi jalur transportasi air utama pada masa itu untuk mengangkut dan mendistribusikan logistik baik lokal maupun internasional.

            Taman Kota Intan sekarang dialihfungsikan menjadi Taman Parkir Kota Tua dan menjadi pintu masuk kawasan wisata Kota Tua Jakarta. Kawasan ini juga difungsikan sebagai rumah bagi pelaku UMKM kota tua, baik kios souvenir, maupun kios jajanan khas Jakarta. Taman Kota Intan pada masa Batavia merupakan Area pusat pertumbuhan ekonomi. Posisi yang berada pada awal gerbang masuk tembok kota Batavia membuat área Taman Kota Intan menjadi titik pertumbuhan ekonomi kota Batavia kala itu. Di area ini terdapat beberapa kantor perusahaan dagang besar Hindia Belanda yang menjadi barometer perekonomian VOC pada masa tersebut.

Konsep Infill Development

    Infill development dalam arsitektur merupakan gagasan pembangunan yang menggunakan lahan kosong atau yang kurang dimanfaatkan di wilayah yang sudah berkembang, terutama di daerah perkotaan. Konsep ini muncul sebagai jawaban terhadap masalah seperti perluasan kota yang berlebihan, keterbatasan lahan, serta meningkatnya kebutuhan akan hunian atau fasilitas baru di pusat kota.

    Konsep perencanaan untuk kawasan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang "walkable", dengan rancangan arsitektur yang kompak serta beragam fungsi (mixed-use), sehingga dapat membentuk area dengan karakteristik unik (sense of place). Selain itu, diharapkan Taman Kota Intan dapat berperan sebagai pemicu revitalisasi Kota Tua. Dalam konteks historis, desain infill ini juga harus mampu menjembatani masa lalu sekaligus menggambarkan visi masa depan.


Respon Desain terhadap Sustainable Development Goal (SDGs) 

    Dengan memperhatikan SDGs, proyek infill building di Taman Kota Intan, Kota Tua diharapkan dapat menjadi model bagi pembangunan yang berkelanjutan, memperkuat ikatan sosial dan melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang. Pada bangunan ini, menjawab SDGs yang berkaitan dengan yang pertama Good health and well-being, Quality education, Gender Equality, Industry, Innovation and Infrastructure, Sustainable Cities and Communities, dan Climate action. Dengan penerapan bentuk bangunan serta landscape yang sekaligus dapat difungsikan sebagai daerah resapan air dan memberikan banyak ruang hijau pada bangunan ini, tidak hanya itu, bangunan ini pula dapat dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan bagi masyarakat setempat dan mudah diakses oleh berbagai user.


Konsep Desain
 
            Konsep utama dalam bangunan yang ingin ditonjolkan dalam desainnya sendiri adalah untuk tetap mempertahankan sisi dan nilai historis yang dimiliki oleh bangunannya namun tetap memiliki sisi dan kesan modern. Hal ini dihadirkan dengan mempertahankan gaya bentuk dinding dan courtyard bangunan seperti pada masa pemerintahan VOC untuk sebisa mungkin dapat mempertahankan nilai historis bangunan yang tergolong dalam bangunan konservasi kategori a. Strategi lain yang digunakan untuk mendukung penciptaan konsep ini sendiri adalah dengan memberikan penghormatan pada jembatan Kota Intan yang sama - sama memiliki nilai sejarah melalui penciptaan perbedaan ketinggian courtyard bangunan. Sementara untuk menghadirkan sisi tipologi hunian baru yang modern, bangunan dihadirkan dalam bentuk yang organik dengan penggabungan fungsi paud dan mushola.

Taman Kota Intan Sebagai Courtyard Kota

    Courtyard merupakan sebuah ruang  terbuka yang dikelilingi oleh dinding maupun bangunan, dengan adanya Taman Kota Intan ini courtyard yang sebelumnya difungsikan sebagai parkiran yang dikelilingi bangunan bersejarah, dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar dengan merevitalisasi site dan menghidupkan kembali kawasan ini sebagai hunian dan mixed-use building . 


            Hunian didalamnya mempunyai tipe tipologi baru yaitu apartemen dan rumah susun dengan berbentuk bulat dan courtyard bangunan ini menggunakan pilotis agar ruang public di bagian Tengah lebih hidup dan kuat.

Konsep Massing Bangunan

  Setiap Massing bangunan memiliki bentuk yang melingkar, hal ini memberikan sebuah statement berbeda yang melawan tipikal bentuk massa hunian yang ada di Kota Tua yang akan menciptakan suatu typical hunian baru. Masing-masing bentuk bangunan disusun dengan ketinggian yang berbeda-beda yaitu, 4,6, dan 9 lantai. Tujuannya untuk memberikan efektivitas view ke arah luar dan memberikan dimensi pada skyline Kota Tua. Pada bagian tengah massa diberikan void untuk memberikan perasaan private dan intimate.

             Void diberikan pada bagian tengah massa untuk memberikan perasaan private dan intimate, sementara bagian bawah dinaikan satu lantai sebagai sarana publik dan ruang bersama. Setiap massa disatukan dengan jembatan yang menyambung ke area public indoor.

Fasad Bangunan

Desain fasad bangunan mengambil konsep harmonis dengan bentuk fasad bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya. Bentuk pada balkon hunian diambil dari bentuk fasad ruko-ruko yang berada di sepanjang Jalan Cengkeh. Komposisi garis-garis dan kotak yang terdapat pada fasad bangunan komersial diambil dari pola  jendela bangunan UPK yang tepat terletak di samping tapak.


Project Credit

Niew Batavia, Taman Kota Intan

Lokasi          : Taman Kota Intan, Jakarta
Design Phase          : 2024
Type          : Sayembara, Commercial
Architect                  : Budi Pradono
Firm                 : Budi Pradono Architect
Project Architect in Chief     : Budi Pradono
Assistant Architect         : Sri Rendra Sigalingging, Hafidzah Maheswari Padmarani
Studio Support         : Margaretha Eka Kedang, Athalla Titan Naufal, Muhammad Rafly Rianto
Model Maker                           : Alfiani Roudhotul Zannah, Alfredo Stefano, Muhammad Rafly Rianto








No comments:

Post a Comment