Monday, January 2, 2012

artificial landscape case study-1



Artificial landscape merupakan sebuah pemahaman akan lansekap buatan, seperti saat kita bermain futsal pada ruangan indoor menggunakan rumput buatan dari plastik.  Kunjungan saya ke kota kecil Salatiga, di wilayah Jawatengah biasanya dilakukan pada masa akhir tahun bersamaan dengan perayaan Natal keluarga. Saya selalu merasa bangga dengan kota ini, karena keindahan lansekap kotanya, yang dikelilingi gunung Merbabu, gunung Merapi maupun Telomoyo.
Sayang sekali penduduk kotanya tidak menghargai atau kurang menyadari keindahan dari Tuhan ini, sehingga pembangunan di kota Salatiga cenderung bombastis, tanpa satu pemahaman estetika yang memadai. Wajah kotanya semakin hari semakin amburadul, pasarnya dibongkarpasang, banyak sekali bangunan kolonial peninggalan Belanda dihancurkan, baik itu rumah dinas, kantor-kantor bahkan markas Tentara, demi kepentingan kapitalisme. Keindahan Gunung Merbabu pun mulai terusik dengan hadirnya bangunan pabrik yang entah bagaimana nerusak landsekap dari Tuhan
Pada Minggu pagi pada jalan lingkar baru yang menghubungkan Salatiga dan kota Solo terdapat pasar kaget. Dan saya menyaksikan di pasar itu anak ayam pun diberi cat pewarna supaya lebih menarik, dan berwarna-warni. Anak-anak ayam ini menunjukkan bahwa segala upaya dilakukan demi menarik perhatian atau menyetarakan anak ayam dengan mainan lainnya. Hal ini menjadi pelengkap bagi hadirnya lansekap buatan. Selamat datang Lansekap buatan di Salatiga.

No comments:

Post a Comment