Keberadaan Batik di Indonesia sangat kaya akan nilai-nilai
historis yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan
setelahnya yang dapat menggambarkan kejayaan peradaban masa lalu di Nusantara.
Oleh karena itu di tapak ini dibangun suatu tempat sebagai sarana untuk
“mengenal lebih jauh dan mendalam mengenai kekayaan budaya Batik Nusantara”
Pembangunan Museum Batik ini akan bersimbiosis dengan
keberadaan museum-museum lain pada kompleks di Taman Mini Indonesia ini
sehingga mendukung terciptanya lingkungan yang ter-edukasi untuk pengembangan
kebudayaan yang dinamis, mengikuti jamannya menyinambungkan antara
past-present-future.
Filosofi
dan Esensi Batik Pada Museum
Desain museum secara keseluruhan merujuk pada filosofi dan
esensi pokok Batik yang terdiri dari empat pokok, yaitu:
Perkembangan batik
dari masa ke masa menjadi inspirasi dalam mendesain alur perjalanan pengunjung
di dalam bangunan.
Lilin, Sang Perintang
Esensi Batik yang
menggunakan lilin sebagai perintang warna diterapkan juga pada pengolahan
finishing fasad yaitu menggunakan coating untuk merintangi oksidasi tembaga.
18:3
Perbandingan
panjang : lebar kain panjang yang diterapkan sebagai ukuran layer-layer
perforated metal
Ornamen utama,
pengisi, dan isen pada Batik
Kain
Sebagai Media Utama
Batik tidak bisa dilepaskan dari kain sebagai media utamanya
yang sudah berlangsung dari jaman dahulu dan terus bertahan hingga sekarang.
Keberadaan kain yang bersifat dinamis dan fleksibel ini diterapkan pada
keseluruhan bangunan sehingga menjadikan Museum Batik ini bersifat dinamis dan
fleksibel ditengah-tengah lingkungan yang bersifat geometris. Penerapan kain
sebagai media utama ini turut mempengaruhi tata bentuk museum, yaitu:
Prosesi Past-Present-Future
Prosesi pengunjung dari satu ruang ke ruang lain diilhami
dari perjalanan sejarah Batik di indonesia. Prosesi tersebut terdiri dari
antara lain:
Trade-Pelayaran. Batik pertama kali dibawa ke Indonesia melalui jalur pelayaran perdagangan yang digambarkan pada prosesi entrance
utama.
Kerajaan Hindu-Budha. Pada masa ini, Batik sangat erat
kaitannya dengan nilai-nilai religiusitas dan ke-Tuhan-an yang tergambar pada
area Lobby yang bersuasana sakral.
Lobby Utama, penuh kesakralan |
Pengaruh Asing. Dalam perkembangannya, Batik mulai mendapat
pengaruh asing, terutama dari daratan Cina dan Belanda. Pada saat ini pola-pola
Batik yang baru mulai diperkenalkan secara lebih bebas karena campuran dari
berbagai kebudayaan. Pada fase inilah kemunculan para maestro batik asing yang
turut membawa pengaruh budaya bangsa diapresiasi di dalam Ruang Pameran Karya
Maestro.
Ruang Karya Maestro |
Industrialisasi. Seiring dengan berjalannya waktu dan
teknologi, Batik turut mendapat pengaruh dengan diperkenalkannya teknologi
Batik cap yang memungkinkan produksi Batik terjadi secara lebih massal. Hal ini
yang menjadi cerminan dari Ruang Pameran Karya Industri.
Ruang Karya Industri |
Masa Depresi. Menjelang Kemerdekaan, Indonesia mengalami
pergumulan dimana terjadi berbagai perang di berbagai daerah, sehingga
menyebabkan banyak pabrik-pabrik Batik yang ditutup dan menyebabkan para
seniman batik menghilang. Masa inilah yang merupakan masa-masa depresi bagi
perkembangan Batik di Indonesia yang digambarkan pada Lorong Depresi sebagai
transisi antara Ruang Pameran Karya Industri dan ruang pameran selanjutnya.
Lorong Depresi |
Kemerdekaan Indonesia. Batik kembali berjaya pada masa paska
kemerdekaan, saat Ir.Soekarno menjadikan Batik sebagai simbol pemersatu Bangsa.
Beliau lah penggagas agar Batik yang telah ada dirumuskan menjadi Batik Indonesia. Saat inilah Batik kembali populer. Ini dilambangkan
dengan Ruang Pamer Utama yang berisi berbagai karya Batik dari seluruh penjuru
Nusantara. Ruang Pamer Utama merupakan bentuk relaksasi setelah masa-masa depresi yang sebelumnya dialami Batik Indonesia. Kesan lapang, tinggi serta luas, coba ditonjolkan pada kualitas ruang ini.
Ruang Pamer Utama |
Era Modern. Berkembangnya pengetahuan dan teknologi turut
membawa Batik ke era baru, dimana Batik kini tidak hanya sebatas diatas Kain,
namun juga turut mempengaruhi gadget, otomotif, arsitektur, tekstil, dan
lain-lain. Bahkan Batik yang dulu digambar manual, kini dapat didesain dengan
rumus matematika, yang disebut Batik Fraktal. Semua perkembangan ini kemudian
tergambar pada Ruang Pameran Kontemporer.
Ruang Pamer Temporer |
Barcode
Penataan ruang-ruang dengan menggunakan metode seperti
barcode yang tegak lurus dari aksis Tugu Api Pancasila. Penggunaan metode
barcode bertujuan untuk menjadi pengikat dan penguat antara massa-massa ruang
dengan struktur perforated metal.
Full of void
Ruang-ruang pameran didesain dengan skala dan ketinggian
ruang yang berbeda-beda untuk menciptakan kualitas ruang yang berbeda-beda
Full of continuity
Membuat berbagai akses dari luar bangunan museum, yang
ditarik dari berbagai aksis dari museum sekitar tapak yaitu aksis-aksis dari
Museum Pusaka, Museum Serangga, dan Museum Keprajuritan sehingga terjadi path
yang saling berhubungan.
GAN...arsitek pendiri museum batik tersebut siapa ya
ReplyDeletearsitek pendiri museum batik tersebut siapa gan
ReplyDeletearsitek pendiri museum batik tersebut siapa gan
ReplyDelete