

Ruang publik diciptakan untuk mengakomodir fungsi sosialisasi maupun tamu. Ruang transisi diciptakan agar menjembatani hubungan antar berbagai program yang berbeda-beda baik vertikal maupun horizontal. Area privat merupakan rumah baru yang organisasi programatik di bagi-bagi antara courtyard dan mushola sebagai pusat orientasi. Dengan melakukan identifikasi awal pada lahan, menghasilkan jumlah pohon yang akan dipertahankan.



Ekspresi Arsitektural
Arsitek dituntut untuk dapat mengekspresikan unsur lokal sekaligus unsur yang futuristik sesuai keinginan dan hobi pemilik. Solusinya adalah menciptakan rumah yang memunculkan spirit lokal betawi di bagian depan dan semakin ke belakang semakin melengkung (vivit). Proses pelaksanaan yang tersulit adalah menciptakan dinding beton yang melengkung. Jadi harus menciptakan bekisting dari papan multiplek yang berbentuk melengkung, dan selain menggunakan rangka besi sesuai perhitungan struktur beton juga memakai beton berkualitas tinggi (k300-k500). Pada pelaksanaannya tidak bisa dilakukan sekali jadi, karena perlu titik kecermatan yang tinggi, sehingga proses ini diulangi 3 kali.
Memberikan Penanda pada Ruang Transisi
Ruang transisi yang menyatukan dan memisahkan ruang publik dan ruang privat perlu diberi penanda. Penanda ini akhirnya menjadi bahasa yang kuat bagi arsitekturnya secara keseluruhan. Bentuk yang dipilih adalah satu bentuk geometri yang netral. Maka komposisi beberapa geometri oval dari perforated metal sebagai dasar. Karena bidang ini terdiri dari lubang kecil dan besar maka hal ini memberikan kesempatan cahaya matahari masuk ruangan sehingga bidang ini menjadi filter yang menghasilkan bayangan dan pengalaman ruang yang baru. Beberapa ruang tertentu memiliki karakter khusus sehingga dinding pembatasnya diolah kembali karena memungkinkan dibuat phorus pada area teras dan mushola. Maka diputuskan menggunakan kayu yang disusun secara vertikal dengan white washed finished.
No comments:
Post a Comment