Visi Maggarai 2030 merupakan komposisi infratecture yang mempertanyakan kembali peran arsitek untuk mengkombinasikan program yang rumit dalam skala kota sekaligus mengkoneksikan seluruh jejalur baik pedestrian, busway maupun kereta.
Manggarai dipilih sebagai salah satu keys study oleh ITDP (International Transport Development Program) yang berpusat di New York. BPA bekerja sama dengan ITDP melalui investigasi untuk menemukan solusi terbaik pada kasus disconnected network yang terjadi di Jakarta. Manggarai sebagai salah satu hubs yang paling signifikan karena merupakan titik sentral bagi bertemunya jalur kereta api seluruh Jabodetabek. Manggarai merupakan hubs ekonomi yang belum menjadi prioritas utama pengembangan masa depan oleh pemerintah pusat.
Jika kita memahami tempat ini lebih dalam, ada beberapa moda transportasi yang menarik yaitu moda transportasi air berupa perahu, moda transportasi kereta api antar kota maupun metropolitan, moda transportasi bis umum, maupun moda transportasi busway. Moda-moda ini tidak saling berhubungan secara erat sehingga selain tidak produktif, juga tidak efisien. Pada kenyataannya, didepan mata kita, kita bisa melihat pengguna kereta, misalnya dari bogor ketika turun dari kereta tidak bisa langsung berpindah secara lancar ke moda transportasi lain. Saat ini, mereka harus melintasi jalur kereta api, melewati jembatan, dan menyeberang jalan untuk melanjutkan perjalanan dengan bus ke kota.
Simpul-simpul ini yang coba diselesaikan dengan membentuk jalur baru yang efisien. Di sisi lain, karena Manggarai merupakan hubs yang sangat besar. Jika kita mengacu pada kota-kota lain di Hongkong atau Tokyo, Manggarai bisa dikembangkan sebagai new CBD area yang didasarkan atas pusat stasiun kereta api. Hal ini yang mengantisipasi jika dikemudian hari ada kereta yang langsung berhubungan dengan airport.
Jika PJKA jeli, sebenarnya strategi ini memungkinkan agar central bussiness district yang diusulkan jika dilihat dari kacamata properti, akan dapat dibangun beberapa program baru yang bisa menjadi generator kawasan yaitu office tower, hotel dan mall.
Disisi lain, permukiman yang ada disekitar Manggarai dapat ditingkatkan menjadi beberapa rusun yang terintegrasi dengan publik space dibawahnya maupun terkoneksi dengan pedestrian yang terhubung dengan kereta api, busway. Mereka juga bisa memanfaatkan jejalur sepeda yang tidak saja konvensional berada di samping sungai tetapi juga melewati atap pada roof garden diatas stasiun perhentian dan busway maupun stasiun kereta.
Sungai di Manggarai juga ditingkatkan baik kualitas maupun utilitasnya, jika kita berharap bahwa semua masalah banjir di Jakarta dan utilitas kota sudah tidak jadi masalah lagi. Visi infratecture merupakan penegas bahwa infrastruktur dan arsitektur tidak bisa dipisahkan begitu saja tetapi harus menjadi satu kesatuan yang komprehensif
Riset Project Transportation and Urbanism ini dipamerkan di AIA, New York
Manggarai 2030, Project Credit:
Client : Institute for Transportation & Development Policy ( ITDP New York)
Project year : 2009-2010
Location : Manggarai, Jakarta
Type : Research
Architect Firm : Budi Pradono Architects [BPA]
Project Architect in Chief : Budi Pradono
Assistant architects : Adhi Wibowo, Jimmyongo, Hasan Nuri, Novitri Ivy
Assistant Architects Suppor : Ridho Prawiro, Tamilla Jazayeri
Partner : Institute for Transportation & Development Policy (ITDP Indonesia) Research and surveyor:
Budi Pradono Architects : Budi Pradono, Adhi Wibowo, Jimmyongo, Hasan Nuri,
Novitri Ivy, Ridho Prawiro, Tamilla Jazayeri
ITDP Jakarta : Yoga Adiwinarto
Render Artist : Antonius Rudi Lokcay, Jimmyongo, Hasan Nuri
Land Area : 82,36 ha
Building Coverage : 9,9 ha (transport + mix)
Build Area : 82,36 ha
No comments:
Post a Comment