Thursday, October 20, 2011

Manggarai 2030 by Budi Pradono Architects



Visi Maggarai 2030 merupakan komposisi infratecture yang mempertanyakan kembali peran arsitek untuk mengkombinasikan program yang rumit dalam skala kota sekaligus mengkoneksikan seluruh jejalur baik pedestrian, busway maupun kereta.



Manggarai dipilih sebagai salah satu keys study oleh ITDP (International Transport Development Program) yang berpusat di New York. BPA bekerja sama dengan ITDP melalui investigasi untuk menemukan solusi terbaik pada kasus disconnected network yang terjadi di Jakarta. Manggarai sebagai salah satu hubs yang paling signifikan karena merupakan titik sentral bagi bertemunya jalur kereta api seluruh Jabodetabek. Manggarai merupakan hubs ekonomi yang belum menjadi prioritas utama pengembangan masa depan oleh pemerintah pusat.



Jika kita memahami tempat ini lebih dalam, ada beberapa moda transportasi yang menarik yaitu moda transportasi air berupa perahu, moda transportasi kereta api antar kota maupun metropolitan, moda transportasi bis umum, maupun moda transportasi busway. Moda-moda ini tidak saling berhubungan secara erat sehingga selain tidak produktif, juga tidak efisien. Pada kenyataannya, didepan mata kita, kita bisa melihat pengguna kereta, misalnya dari bogor ketika turun dari kereta tidak bisa langsung berpindah secara lancar ke moda transportasi lain. Saat ini, mereka harus melintasi jalur kereta api, melewati jembatan, dan menyeberang jalan untuk melanjutkan perjalanan dengan bus ke kota.



Simpul-simpul ini yang coba diselesaikan dengan membentuk jalur baru yang efisien. Di sisi lain, karena Manggarai merupakan hubs yang sangat besar. Jika kita mengacu pada kota-kota lain di Hongkong atau Tokyo, Manggarai bisa dikembangkan sebagai new CBD area yang didasarkan atas pusat stasiun kereta api. Hal ini yang mengantisipasi jika dikemudian hari ada kereta yang langsung berhubungan dengan airport.


Jika PJKA  jeli, sebenarnya strategi ini memungkinkan agar central bussiness district yang diusulkan jika dilihat dari kacamata properti, akan dapat dibangun beberapa program baru yang bisa menjadi generator kawasan yaitu office tower, hotel dan mall.
Disisi lain, permukiman yang ada disekitar Manggarai dapat ditingkatkan menjadi beberapa rusun yang terintegrasi dengan publik space dibawahnya maupun terkoneksi dengan pedestrian yang terhubung dengan kereta api, busway. Mereka juga bisa memanfaatkan jejalur sepeda yang tidak saja konvensional berada di samping sungai tetapi juga melewati atap pada roof garden diatas stasiun perhentian dan busway maupun stasiun kereta.


Sungai di Manggarai juga ditingkatkan baik kualitas maupun utilitasnya, jika kita berharap bahwa semua masalah banjir di Jakarta dan utilitas kota sudah tidak jadi masalah lagi. Visi infratecture merupakan penegas bahwa infrastruktur dan arsitektur tidak bisa dipisahkan begitu saja tetapi harus menjadi satu kesatuan yang komprehensif  


Riset Project Transportation and Urbanism ini dipamerkan di AIA, New York


Manggarai 2030, Project Credit: 
Client : Institute for Transportation & Development Policy ( ITDP New York)
Project year  : 2009-2010
Location : Manggarai, Jakarta
Type : Research
Architect Firm : Budi Pradono Architects [BPA]
Project Architect in Chief : Budi Pradono
Assistant architects : Adhi Wibowo, Jimmyongo, Hasan Nuri, Novitri Ivy
Assistant Architects Suppor : Ridho Prawiro, Tamilla Jazayeri
                              Partner : Institute for Transportation & Development Policy  (ITDP  Indonesia)                                                    Research and surveyor:
                  Budi Pradono Architects  : Budi Pradono, Adhi Wibowo, Jimmyongo, Hasan Nuri,  
Novitri Ivy, Ridho Prawiro, Tamilla Jazayeri
ITDP Jakarta : Yoga Adiwinarto
Render Artist : Antonius Rudi Lokcay, Jimmyongo, Hasan Nuri
Land Area :  82,36 ha
Building Coverage :  9,9 ha (transport + mix)                                   
Build Area :  82,36 ha


Manuscript an installation by Paul Cocksedge Studio



Ini adalah salah satu instalasi karya paul cocksedge studio (partners Paul Cocksedge and Joana Pinho). Merupakan pemenang dari proposal project instalasi pada China Millennium Munument saat Beijing Design Week, 2011 berjudul 'manuscript (seats of poetry)' merayakan sastra, industri dan kebudayaan. , industri.  Berada di Chang An Avenue. 

The winning proposal for an installation at the china millennium monument during Beijing Design Week 2011,'manuscript (seats of poetry)' celebrates literature, industry,and culture in a large-scale sculptureby london-based designers paul cocksedge studio (partners Paul Cocksedge and Joana Pinho).

Entitled ‘Manuscript (Seats of Poetry)’, Paul Cocksedge Studio’s sculptural design celebrates a wonderful Chinese invention, manuscript paper, the foundation of global literature and communication. It follows Cocksedge’s ongoing interest in this inspirational material, and his investigations into its morphological potential.
At 20 metres long by 6.7 metres high, the sculpture’s impressive scale also presents itself as a monument to the industrial capability of China. The individual sheets making up this complex structure are precisely fabricated and assembled by local manufacturers.

Sited on Chang’An Avenue, the main east­west axis of the city, this temporary piece has been designed to be explored visually and physically by visitors to the China Millennium Monument, a cultural and events complex built to celebrate the turn of the millennium. Passers­by can sit and rest on the curved sheets and absorb the pages of poetry in one of the world’s most impressive public spaces.
Upon closer inspection the piece is made up of rolled steel pages inscribed with poems carefully curated from Chinese and English sources. ‘Manuscript’ is about the exchange of words, poetry and knowledge between Beijing and London.
Aric Chen, creative director of Beijing Design Week, said of the selection process:‘In cooperation with the British Council, we solicited nominations that were narrowed down to three very talented London designers and firms who were invited to submit proposals for the installation. '
Paul Cocksedge said : ‘I am very honoured to have been able to contribute this work, ‘Manuscript’, to the 2011 Beijing Design Week. This structure speaks to so many different aspects of Chinese and British history and culture: poetry and writing, the power and beauty of nature, and, of course, man-­made engineering and design. At heart, though, ‘Manuscript’ is simply meant to inspire people to look, listen, and make new discoveries........'

http://www.dezeen.com/2011/10/15/manuscript-by-paul-cocksedge-studio/

http://www.designboom.com/weblog/cat/10/view/16505/paul-cocksedge-studio-manuscript-seats-of-poetry-for-beijing-design-week-2011.html




Thursday, October 13, 2011

In Prosess Project R-House By BPA

Pada project rumah ini ada beberapa masalah desain yang harus dipecahkan, yang pertama yaitu rumah lamanya seluas 200m2 akan direnovasi dan kemudian di perluas di tanah belakangnya yang memiliki beda ketinggian ekstrim yaitu ±3m. Solusi yang ditawarkan adalah membongkar bangunan lama dan mengangkatnya sehingga memadai untuk parkir serta membagi rumah menjadi tiga bagian yaitu ruang publik, ruang transisi, dan ruang privat.



Ruang publik diciptakan untuk mengakomodir fungsi sosialisasi maupun tamu. Ruang transisi diciptakan agar menjembatani hubungan antar berbagai program yang berbeda-beda baik vertikal maupun horizontal. Area privat merupakan rumah baru yang organisasi programatik di bagi-bagi antara courtyard dan mushola sebagai pusat orientasi. Dengan melakukan identifikasi awal pada lahan, menghasilkan jumlah pohon yang akan dipertahankan.

Hal ini menghasilkan ide arsitektural dimana pohon tumbuh di dalam rumah. Pada proses pelaksanaannya, menumbuhkan pohon didalam rumah tidak mudah, karena pohon ini harus mempunyai sistem struktur sendiri supaya akarnya tidak merusak sistem struktur rumah . Kemudian problem ke dua adalah ketika pohon menembus ke atas, dibutuhkan penutup yang dinamik sehingga pohon bisa tumbuh keatas dan kesamping dengan leluasa. Maka solusinya adalah diberi aklirik yang bersinggungan dengan atap dan diberi karet penopang seperti sabuk sehingga pohon tetap bergerak. Ide awalnya ada 12 pohon di dalam rumah, tetapi atas pertimbangan perawatan dan struktur-konstruksi, akhirnya diputuskan hanya 3 pohon saja. Pohon yang dipilih adalah pohon tabebuya kuning berdasarkan saran dari ahli landscape. Pertimbangannya selain bunga indah juga struktur akarnya




Ekspresi Arsitektural
Arsitek dituntut untuk dapat mengekspresikan unsur lokal sekaligus unsur yang futuristik sesuai keinginan dan hobi pemilik. Solusinya adalah menciptakan rumah yang memunculkan spirit lokal betawi di bagian depan dan semakin ke belakang semakin melengkung (vivit). Proses pelaksanaan yang tersulit adalah menciptakan dinding beton yang melengkung. Jadi harus menciptakan bekisting dari papan multiplek yang berbentuk melengkung, dan selain menggunakan rangka besi sesuai perhitungan struktur beton juga memakai beton berkualitas tinggi (k300-k500). Pada pelaksanaannya tidak bisa dilakukan sekali jadi, karena perlu titik kecermatan yang tinggi, sehingga proses ini diulangi 3 kali.

Memberikan Penanda pada Ruang Transisi
Ruang transisi yang menyatukan dan memisahkan ruang publik dan ruang privat perlu diberi penanda. Penanda ini akhirnya menjadi bahasa yang kuat bagi arsitekturnya secara keseluruhan. Bentuk yang dipilih adalah satu bentuk geometri yang netral. Maka komposisi beberapa geometri oval dari perforated metal sebagai dasar. Karena bidang ini terdiri dari lubang kecil dan besar maka hal ini memberikan kesempatan cahaya matahari masuk ruangan sehingga bidang ini menjadi filter yang menghasilkan bayangan dan pengalaman ruang yang baru. Beberapa ruang tertentu memiliki karakter khusus sehingga dinding pembatasnya diolah kembali karena memungkinkan dibuat phorus pada area teras dan mushola. Maka diputuskan menggunakan kayu yang disusun secara vertikal dengan white washed finished.

Wednesday, September 7, 2011

Pori-pori House by budi pradono



                                                                                                                                           Photo by FX. Bambang SN


Pori-Pori house is a house and also studio of Irwan Ahmett and Tita Salina designed by Budi Pradono. Pori-pori House continues a long tradition in Southeast Asia working from home, a sustainable practice that reduces transport costs and the use of non-renewable resources.The owners of the house are both graphic designers who required a small office/design studio to be integrated with their dwelling.The dialogue between the living and working areas is the essential driver of the brief.

                                                                                                                                             
To preserve the privacy of the domestic area, vertical and horizontal zoning is introduced. The ground floor is designated as the working are/design studio and the upper floor as the living quarters for a small family. There is also a private area for the owners at the rear of the building.The front of the house, which overlook a small landscape public park, is designated the public zone.



                                                                                             photo by FX. Bambang SN
The “big idea” in the design is the horizontally hinged opening screen on the public façade, which allows the whole of the home-office to be opened up to the forecourt to create a huge indoor/outdoor space for social functions and academic events. The screen incorporates a “breathing skin” of cut bamboo sections, assembled without nails that project out from a steel frame. This is an inspired climatic responses employing sustainable material. Conceptually the screen is seen as having “pores” that allow the house to breathe. Sunlight is filtered by the screen so that the internal temperature is lowered.
The area between the screen and the house is used as a veranda and smoking area.
Pradono is a passionate advocate of the use of bamboo, and other work by his practice exploring the use of this material has been published in international journals.
(written by Robert Powell in 'New Indonesian House' book)
                                                                    
                                                                                                      photo by FX Bambang SN
                               
                                                                                                      photo by FX Bambang SN
                                                                                                      photo by FX Bambang SN
                                                                                                      photo by FX Bambang SN
                                                                            photo by Tita Salina




Kindle, Wi-Fi, 6" E Ink Pearl Display - includes Special Offers & Sponsored Screensavers

Tuesday, September 6, 2011

Indonesian architects week exhibition in Tokyo 2011


Curatorial session at andramatin

Pameran arsitek Indonesia di Jepang pada tahun ini menandai sebuah era baru untuk mengkomunikasikan berbagai ragam pemikiran maupun konsep dalam ber arsitektur bagi masyarakat dunia. Pameran ini sudah direncanakan jauh-jauh hari kira-kira sudah lebih dari satu tahun oleh Deddy Wahjudi (LABO). Biaya yang besar serta berbagai kerumitan teknis ternyata satu demi satu dapat dilalui. Setiap pameran memerlukan kurator bertangan dingin yang memilah, mengkategorisasikan serta akhirnya memilih karya mana saja yang berhak tampil. Terlepas dari biaya swadaya yang harus dikeluarkan sendiri oleh para arsitek terpilih tentunya kita harus angkat topi pada para kurator (Deddy Wahyudi dan Andra Matin) yang pada akhirnya memilih beberapa karya saja. Pameran ini juga bertepatan dengan konggres UIA (ikatan arsitek dunia) yang bermarkas di Paris. Tentu saja pada saat yang bersamaan hadir pula arsitek-arsitek dari seluruh dunia. Inilah kesempatan juga bagi para arsitek kita menjalin relasi bagi teman-teman dunia yang lain.  

Ayo maju...garuda di dadaku....


Exhibition of Indonesian architects in Tokyo this year marks a new era for communicating various ideas and concepts in the world of architecture. 

日程:
2011年09月24日(土)~2011年10月02日(日)
備考:
トークショー:2011年09月24日(土)13:00-16:00
時間:
12:00-19:00
料金:
無料
会場:
1F メインギャラリー




現代インドネシア建築を代表した多様な建物における連続する展示会・トークショー
トークショー :
テーマ: 現代インドネシア建築
2011年09月24日(土)
13:00 - 16:00
入場 : 無料「オンライン予約
出品者 :
Aboday, AI - CTLA, Airmas Asri, Andramatin, Antara, Andyrahman Architect, Arcadia, Arkitekton Limatama, Arkonin, Budi Pradono Architect, d-Associates, DAS, DCM, Dhika Architama, Djuhara+djuhara, DSA+s, EVTLINE Atelier , HVA, Heppy Eka Ramadhany, HGT Architects, HMP Architects, id-ea (Elsye Alam), Han Awal & Partners , Indonesian ,
LABO., Modern Space, Nataneka, noMADen, Parametr Architecture, Parisauli, PASAGI, PHL Architects, PDW, PSUD, Renaldi Halid, Revarchitect, Studio Dasar, Studio Tonton, Tan Tik Lam Architects, TWS & Partners, Urbane, Wastu Cipta Parama, Willis Kusuma Architects, Yohan Tirtawijaya
組織者: LABO. [インドネシア建築家協会が支持した]
担当者: Deddy Wahjudi
電話: +62-811-2277820
メール: iawt2011@gmail.com
Website: http://iawt2011.are.ma
Facebook: http://www.facebook.com/#!/groups/116933078381872/