Monday, March 28, 2011

Bata Modular yang Canggih karya Rizal Muslimin

[Image: Constructing with BeadBricks by Rizal Muslimin, courtesy of Brickstainable].

BeadBricks karya Rizal Muslimin, didasarkan atas kemampuan memfasilitasi desain mikroklimat "di dalam dan sekitar bangunan" dengan memungkinkan tingkat variabel porositas dalam fasad. BeadBricks memungkinkan bagi arsitek "untuk memodulasi faktor lingkungan termasuk sinar matahari, angin, massa termal, dan pendinginan evaporativ."
Sistem ini, Muslimin menjelaskan, terdiri dari "dua batu bata (A dan B) dengan empat aturan dasar yang dapat menghasilkan bentuk dalam satu, dua dan tiga ruang dimensi." Selanjutnya, "batu bata yang dihiasi dengan pola yang bisa menghasilkan berbagai ornamen dengan memutar mereka sepanjang sumbu vertikal atau horizontal."
Karya Rizal Muslimin yang sedang studi di MIT ini mendapatkan penghargaan Honourable mention pada kompetisi Brickstainable. 
[Image: The EcoCeramic Masonry System by Kelly Winn and Jason Vollen, courtesy ofBrickstainable]. 
Pemenang teknik secara keseluruhan juga senilai check-out: yang EcoCeramic Masonry System, sebuah "rekombinan dan Multidimensional" 
dibentuk bata terakota dibuat oleh Kelly Winn dan Jason Vollen.

Sebagai Brickstainable menjelaskan itu, 
sistem bata mereka "menampilkan kemampuan untuk melihat r
angkaian dinding baru berbais keramik. 
Strateginya meliputi dinamika termal, 
self-shading, pengurangan kelembaban, hydroscopic, 
evaporasi, dan studi perilaku rayap."


[Images: The EcoCeramic Masonry System by Kelly Winn and Jason Vollen, courtesy ofBrickstainable].


Geoff Manaugh mengatakan dari ketiga ide diatas; "saya akan senang melihat eksplorasi lebih dengan ketiga ide, dan saya berharap dapat melihat semua itu digunakan dalam proyek-proyek di luar studio desain."

for english edition see:
http://bldgblog.blogspot.com/2011_02_01_bldgblog_archive.html

'Second Wave' at Surface Asia Magazine 02 February 2010


Budi Pradono is redefining Indonesian architecture with building 
that use sculptural geometries to play with light and shade.
Budi Pradono


Saturday, March 26, 2011

Form follow Mood ; Moody Couch karya Hanna Emelie Ernsting

Desainer muda Hanna Emelie Ernsting, melakukan experimen dengan bentuk yang fleksibel..filosofinya adalah ; Form Follow Moods, rancangan sofanya mengikuti emosi penggunanya. Rancangannya mengundang para user untuk mengekpresikan perasaannya. Jika ngantuk sekalian tidur di dalamnya. Atau hanya bersantai saja? Karya ini termasuk salah satu pemenang dari D3 talent award, bisa disaksikan pada IMM Cologne Furniture fair
The seating series by the designer Hanna Emelie Ernsting consists of three pieces: Moody Couch, Moody Nest and Moody Bag. Though on first sight, formally quite different, they follow the same idea: “form follows moods”. According to the designer, the origin of this concept is the observation that in the modern world, people forget how to relax and calm down. This is where the Moody series ties in: It invites the user to express feelings and “let go”. Doing so leaves traces, causing the product to resemble the moods of its user in various shapes and forms and making the products seem alive.
Designer Hanna Ernsting says: “Moody is the interpretation of the sofa as a place of expression and communication. The focus lies in the mood of the user.”
Developing the product series, the designer experimented with flexible forms and innovative materials. To give the pieces more flexibility and softer shapes, she extended the cover of the sofa up to 3 meters in length. Meanwhile she worked with various techniques, achieving structure and stability of the material, and making it shapeable and more functional. Besides methods such as quilting, stitching and wadding, she worked with new materials, such as 3D textile, still quite unknown in the furniture industry.
Moody Couch won D3 Talents Award 2. prize and will be presented at the furniture fair IMM Cologne 

Meja Karet karya Thomas Schnur

Thomas Schnur seorang perancang dari Jerman memanfaatkan karet penyedot lubang toliet yang mampet. Idenya ini menyebabkan kaki meja yang fleksible sekaligus bisa menempel pada media lantai maupun dinding. Ide unik dan brilian memang bisa didapat dari mana saja. Meja ini dipamerkan pada imm cologne di Jerman yang berlangsung mulai tanggal 18-23 Januari 2011.

Rubber Table

The drain or toilet plunger is an item, which, though it receives little attention, is actually extremely useful. Rubber Table adopts its idiosyncratic aesthetics and transfers them to a new environment. The rubber plunger has become a table leg – setting in motion a new way of looking at this ambivalent object. Manufacturing it from dyed foam rubber preserves the color and the feel of the original object.
In my projects I always attempt to negotiate with the product I am to design. I negotiate on the weighting of materials, manufacturing, appearance, meaning and function. I break down this task into its characteristics and meanings. I then analyze, assess and construct the idea.
In this, it is important to me that despite their cross-references, the products, which are often created from familiar fragments, are able to development the greatest possible degree of autonomy. In this way, they allow for associations but, beyond this, develop their own potential for becoming autonomous products.”

via dezeen


Thursday, March 24, 2011

RENNES MÉTROPOLE CREMATORIUM Vern-sur-Seiche by PLAN01


Krematorium ini memberikan kesempatan bagi kita para pengunjung untuk melakukan prosesi keheningan......berjalan dari hutan dan mengikuti alur menuju bangunan yang berbentuk lingkaran. Bentuk lingkaran ini memiliki banyak interpretasi kebudayaan, religiusitas. 



Kesederhanaan material ini merupakan jawaban, sekaligus tantangan bagi banyak musolium yang monumental. Dengan kesederhanaan, bahasa material yang lugas tempat 
ini memberikan arti dan makna yang dalam. 
Denah ini juga memberikan kebebasan akses yang tidak tunggal, tapi kita dapat mengaksesnya dari berbagai sudut seperti melawan hierarki yang umumnya pada musoleum.






Architects: PLAN 01 architects
Location: Rennes Métropole, Frace
Project team: Jean Bocabeille, Anne-Cécile Comar, Philippe Croisier, 
Christophe Ouhayoun, Stéphane Pertusier, Ignacio Prego, Dominique Vitti, 
Anne-Charlotte Zanassi, Julien Zanassi and Nicolas Ziesel
Project manager: Daniela Miccolis
Project year: 2005-2009
Site Area: 1,100 sqm
Budget: US $2,72 M
Photographs: © Luc Boegly & Stéphane Chalmeau